RUANG LINGKUP KAJIAN HIDDEN CURRICULUM YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
Abstrak
Pendidikan merupakan rangkaian proses
tanpa akhir untuk mendewasakan manusia baik secara akal pikiran, fisik, dan
mental.
Terlaksananya pendidikan berkaitan erat dengan kurikulum yang diberlakukan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Istilah hidden curriculum sendiri pertama kali dikemukakan oleh Philip W.Jackson dalam bukunya Life in Classroom (1968). Hidden curriculum merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan aturan-aturan sosial di dalam sekolah
yang tidak tertulis serta harapan pembentukan perilaku yang kita semua tampaknya tahu, tapi tidak
pernah diajarkan secara langsung.
Fungsi dari
Hidden curriculum yaitu: Pertama, memberikan pemahaman mendalam tentang
kepribadian, norma, nilai, keyakinan yang tidak dijelaskan secara menyeluruh
dalam kurikulum formal. Kedua, berfungsi
untuk memberikan kecakapan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi murid.
Ketiga, dapat menciptakan masyarakat
yang lebih demokratis. Keempat, hidden
curriculum juga dapat menjadi mekanisme dan control sosial yang efektif
terhadap perilaku murid maupun perilaku guru. Kelima, berbagai sumber dalam hidden
curriculum dapat meningkatkan motivasi dan prestasi murid dalam belajar. Di
dalam praktiknya hidden curriculum telah
di laksanakan di dalam Sekolah, contohnya budaya berdoa dan menyanyikan lagu
wajib sebelum proses pembelajaran berlangsung merupakan implementasi dari hidden curriculum. Meskipun aturan
mengenai berdoa dan menyanyikan lagu wajib tidak tertulis di dalam kurikulum
namun hal tersebut telah dilaksanakan di dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: Hidden
Curriculum, Pendidikan, Sekolah.
Education is
a series of endless process to mendewasakan the human sense of mind, physical, and mental. Education is closely related to the implementation of the curriculum imposed. The curriculum is a set of plans and arrangements concerning the purpose, content and learning materials as well as the way that is used as the conducting of learning to achieve specific educational goals. The term hidden curriculum itself was first put forward by Philip w. Jackson in his book Life in Classroom (1968). Hidden curriculum is
a term used to describe the social rules in the school that is not written as well as hopes the formation of behavior that we all seem to know, but never taught directly.
The functions of the Hidden curriculum, namely: First, providing a deep understanding of personality, values, norms, beliefs that are not explained thoroughly in theformal curriculum. Second, it serves
to provide know-how and skills are very useful for pupils. Third, it
can create a more democratic society. Fourth, hidden curriculum can also be a mechanism of social control and are
effective against the behavior of the pupil or teacher behavior. Fifth, a
variety of sources in the hidden curriculum can improve pupil achievement and motivation in learning. In practice
the hidden curriculum was funded in schools, for example the culture of praying and singing the mandatory prior learning process taking place is the implementation of hidden curriculum. Although the
rules concerning prayer and sang the song unwritten in the compulsory curriculum, however it has
been implemented in the learning process.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan rangkaian proses
tanpa akhir untuk mendewasakan manusia baik secara akal pikiran, fisik, dan
mental. Pendidikan mengisyaratkan bahwa anak yang terdidik dengan baik akan
memberi warna kebaikan bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Kesadaran demikian itu sejatinya telah dipahami masyarakat Indonesia, namun
berbagai tantangan dan godaan dunia merontokan benteng kepribadian. Di dalam
pendidikan erat kaitannya dengan adanya kurikulum yang digunakan. Penggunaan
kurikulum di dalam suatu Sekolah tergantung pada kebijakan Sekolah itu sendiri.
Setiap Sekolah dapat menentukan kurikulum yang akan digunakan berdasarkan
kebijakan dari dinas yang terkait.
Berdasarkan
pengertian secara etimologis, kurikulum berasal dari dunia olahraga yang
diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Hal ini ditunjukkan dari arti dari masing-masing
kata adalah kosakata dalam dunia olahraga.
“Kurikulum
memiliki dua makna. Pertama sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus
dipelajari oleh siswa. Kedua satu program pembelajaran khusus”. Pembelajaran khusus ini lebih
lanjut dijelaskan adalah berupa proses pengajaran, pembelajaran, dan bahan
penilaian pendidikan.
Dalam
perspektif kebijakan pendidikan Nasional sebagimana dapat dilihat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Sedangkan menurut pendapat lain, kurikulum adalah belajar untuk membaca dan
menulis ProfFL Ciently (Wilson & Trainin, 2007: 257 dalam Crawley,2007:1).
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai
tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum
sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu
dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar
yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni
“Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu
itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu
kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya
merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa
rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak
antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata
lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu
ijazah tertentu
(Hamalik, 2007:16).
Kurikulum
berfungsi sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan pembelajaran bagi
peserta didik. “Terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai dangat
penting, yaitu peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif, dan peranan
kreatif”. Adapun
pengertian dari masing-masing peranan adalah sebagai berikut:
1. Peranan
konservatif adalah peranan kurikulum untuk mewariskan, mentransmisikan, dan
menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang tetap eksis dalam
masyarakat.
2. Peranan
kritis dan evaluatif adalah peranan kurikulum untuk menilai dan memilih
nilai-nilai sosial-budaya yang akan diwariskan kepada peserta didik berdasarkan
kriteria tertentu.
3. Peranan
kreatif adalah peranan kurikulum untuk menciptakan dan menyusun
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konstruktif sesuai dengan perkembangan
peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
sehingga kurikulum berperan sebagai
pentranfer pengetahuan tentang
nilai dan budaya di masa lampau, akan tetapi dalam proses pentransferan ini
juga terdapat proses menilai dan memlih nilai-nilai tersebut yang kemudian akan
diciptakan struktur kurikulum yang kreatif dan kontruktif sesuai kebutuhan
peserta didik dan masyarakat.
Kurikulum
tersembunyi atau kurikulum terselubung, secara umum dapat
dideskripsikan sebagai “hasil (sampingan) dari pendidikan dalam
latar selolah atau luar sekolah, khususnya
hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan”. Kurikulum tersembunyi mencakup pemberian pendidikan
untuk bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang berhubungan dengan
pelakasanaan kurikulum yang direncanakan secara cermat maupun yang
tidak sengaja direncanakan. Relung
dalam Kajian penulis adalah bertujuan dengan fokus pada kurikulum tersembunyi.
PEMBAHASAN
KONSEP
HIDDEN CURRICULUM
Sejarah
Munculnya Hidden Curriculum
Salah satu pokok bahasan dalam Sosiologi Kurikulum adalah kurikulum
tersembunyi (Hidden Curriculum).
Pokok bahasan ini dianggap merupakan salah satu tema yang penting di dalam
studi Sosiologi Kurikulum. Kurikulum Tersembunyi sendiri merupakan bahasan yang
pokok dan berkaitan dengan proses pembelajaran di Sekolah. Begitu juga, Hidden Curriculum memiliki peran penting
dalam membangun kepribadian dan sikap dalam diri peserta didik.
Istilah Hidden Curriculum untuk
pertama kali diperkenalkan oleh Philip W.Jackson dalam bukunya Life in Classroom (1968). Dalam buku
tersebut Jackson secara kritis mencari jawaban kekuatan utama apa yang terdapat
di Sekolah sehingga dapat membentuk hibitus budaya seperti kepercayaan, sikap
dan pandangan murid. Awalnya dia mengidentifikasikan dengan konsep daily grind, yaitu sistem dan aturan
membosankan yang dirancang untuk mempromosikan rutinitas pasif, ketaatan dan
persetujuan untuk mendapatkan kepuasaan sesaat. Kackson kemudian membandingkan
Sekolah penjara dengan lembaga seperti rumah sakit jiwa. Ada kesamaan antara
dua lembaga yang dibandingkan Jackson, yaitu adanya rutinitas yang pasif,
membosankan serta melahirkan kepatuhan bagi semua warganya.
Dalam analisi lebih lanjurnya, Jackson berpendapat bahwa daily grind yang dimaksud secara prinsip
adalah dengan konsep Hidden Curriculum. Inilah
kontribusi utama Jackson dalam memperkenalkan konsep hidden curriculum dalam kajian pendidikan. Konsep hidden curriculum menurut Jackson dapat
mempersiapkan murid dalam kehidupan yang dianggap membosankan dalam masyarakat
industry. Dalam buku ini, Jackson juga menjelaskan bagaimana murid-murid
merasakan tentang dunia Sekolah, bagaimana perilaku murid terkait dengan
penampilan Sekolah, baigamana guru merasakan perilaku muridnya. Tetapi Jackson
tidak setuju dengan berbagai dikotomi tersebut. Ia berpendapat dikotomi
tersebut harus dihapuskan.
Pada dasarnya ide utama buku ini adalah analisis Jackson untuk
menjaelaskan tentang konsep hidden
curriculum. Jackson menjelaskan hidden
curriculum sebagai aturan-aturan social dan perilaku yang diharapkan
berdasarkan segala sesuatu yang tidak tertulis. Konsep ini juga menjadi
kelebihan Jackson dalam berbagai karyanya yang menunjukan praktik hidden curriculum di dalam kelas selama
periode 1950-1960. Ia mengemukakan argument pentingnya pemahaman pendidikan
sebagai proses sosialisasi.
Setelah tulisan Jackson terbit, Benson Snyder mempublikasikan buku The Hidden Curriculum (1970), yang
mengajukan pertanyaan tentang mengapa siswa-bahkan atau terutama yang
berbakat-menjauhi pendidikan. Dalam buku ini, Snyder menjelaskan tesis utamanya
bahwa banyak terjadi konflik dikampus dan fenmena kecemasan pribadi siswa yang
disebabkan karena factor norma-norma akademik dan social yang tak tertulis di
lingkungan kampus. Hal tersebut dianggap menggagalkan siswa untuk memiliki
kemampuan berkembang secara mandiri atau berpikir kreatif.
Meski demikian, sebelum Jackson memperkenalkan istilah Hidden Curriculum, Emile Durkheim juga
menganalisis fenomena ini. Meski tidak menyebut the hidden curriculum, tapi dijelaskan Durkheim memberikan akar
historis lahirnya konsep hidden
curriculum tersebut. Penjelasan Durkheim dapat dilihat dalam bukunya yaitu Education and Sociology (1992) dan Moral Education (1925). Dalam
observasinya, singkat kata Durkheim menemukan sebuah realitas bahwa banyak
materi yang disampaikan oleh guru, tetapi tidak tertulis dan tidak dituangkan
dalam panduan pengajaran dikelas. Penjelasan Durkheim ini memberikan kontribusi
tentang analisis hidden curriculum.
Selain Emile Durkheim, John Dewey juga mengkaji praktik praktik hidden curriculum. Meski sama dengan
Emile Durkheim, Dewey tidak secara khusus menyebut istilah hidden curriculum. Pengamatannya tertuang dalam bukunya, Democracy and Education. Dewey melihat
pola-pola yang berkembang dan tren perkembangan dalam Sekolah public dimana
dikembangkan perspektif demokrasi di Sekolah tersebut. Gagasan Dewey ini
kemudian dibantah oleh Geoege Counts dalam bukunya Dare the School Build a New Sosial Order (1929). Pemikiran Dewey
ini juga sejalan dengan pemikiran lain yang di kembangkan Jean Piaget, Erik
Erikson, dan Maria Montessori.
Mereka memiliki hipotesis bahwa setiap anak memiliki saluran tunggal
dalam perkembangannya agar menjadi dewasa. Counts menganggap bahwa proses
menjadi dewasa melalui proses yang dinamis, melalui proses adaptasi dan sangat
kompleks. Maksud dari kritik Counts adalah perkembangan kepribadian dan
perilaku anak tidak sesederhana yang dijelaskan oleh John Dewey, Jean Piaget,
Erik Erikson maupun Maria Montessori. Counts lebih jauh menjelaskan apa yang
sudah dirintis mereka. Gagasan Counts ini kemudian mengakibatkan berbagai
perspektif baru yang dikembangkan kalangan pendidik untuk melakukan penilaian
penampilan dan perilaku murid dengan berbagai petunjuk tertentu. Gagasan Counts
ini kemudian dikembangkan oleh tokoh seperti Charles Beard dan Myles Horton.
Saat mempertimbangkan implikasi sosial dari kurikulum tersembunyi,
perlu diingat bahwa kontrol sosial adalah perhatian utama dari para penemu
kurikulum pendidikan. Para peneliti awal di bidang ini dipengaruhi oleh
pendapat bahwa pelestarian keistimewaan, minat, dan pengetahuan sosial dari
suatu kelompok dalam populasi membuat perlunya eksploitasi kelompok lain yang
kurang kuat. Seiring berlalunya waktu, teori ini menjadi kurang terperhatikan,
tapi warna yang mendasarinya masih menjadi faktor yang berkontribusi terhadap
permasalahan dalam kurikulum tersembunyi.
Beberapa teori pendidikan telah dikembangkan untuk membantu memberi
makna dan struktur terhadap kurikulum tersembunyi dan untuk mengilustrasikan
peran sekolah dalam sosialisasi.
Tiga dari teori-teori tersebut, seperti dikemukakan oleh Henry Giroux dan
Anthony Penna, adalah pandangan struktural-fungsional terhadap sekolah,
pandangan fenomenologis yang berhubungan dengan sosiologi pendidikan yang baru,
dan pandangan kritis radikal yang berhubungan dengan analisis neo-Marxist
terhadap teori dan praktik pendidikan. Pandangan struktural-fungsional
memusatkan diri pada bagaimana norma dan nilai diterapkan dalam sekolah dan seberapa
penting hal tersebut bagi keberfungsian masyarakat telah diterima secara penuh.
Pandangan fenomenologis berpendapat bahwa makna dibentuk melalui
pertemuan dan interaksi sosial, dan berimplikasi pada pendapat bahwa
pengetahuan adalah objektif. Pandangan radikal kritis mengenali hubungan antara
reproduksi ekonomi dan budaya serta menekankan hubungan antara teori, ideologi,
dan praktik belajar sosial. Walau dua teori pertama telah berkontribusi
terhadap analisis kurikulum tersembunyi, pandangan radikal kritis memberikan
wawasan paling luas. Pandangan tersebut mengakui aspek ekonomis dan sosial
dalam pendidikan yang secara jelas diilustrasikan oleh kurikulum tersembunyi.
Selain itu juga mengilustrasikan signifikansi dari karakteristik abstrak
seperti teori dan ideologi yang membantu mendefinisikan peristiwa ini.
Hidden
Curriculum (Kurikulum
Tersembunyi)
Oliver dalam Oliva menyamakan kurikulum
dengan program pendidikan dan membagi menjadi empat bagian utama, yaitu:
“(1) the program of studies; (2) the
program of experience; (3) the program of services; and (4) the hidden
curriculum. The program of studies, experiences, and services are readily
apparent. To these elements Oliver has added the concept of hidden curriculum,
which encompasses values promoted by the school, differing emphases given by
the different teachers within the same subject areas the degree of enthusiasme
of teachers, and the physical and social elimate of the school” - Peter F. Oliva,
Developing The Curriculum (Boston: Little Brown Company, tt).
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kurikulum pada dasarnya dapat dibagi
menjadi empat komponen pokok yaitu sebagai program pendidikan atau belajar,
program pengalaman, program latihan, dan hidden curriculum. Menurut
Oliver, program belajar pengalaman dan latihan dengan mudah, secara jelas dan
nyata dapat kelihatan, sedangkan konsep tentang hidden curriculum mencakup
pengembangan nilai-nilai di sekolah, perhatian, dan penekanan yang diberikan berbeda-beda
pula terhadap bidang atau subyek yang sama, tingkat semangat guru-guru dan
kondisi fisik dan iklim sosial dari sekolah.
Hidden
curriculum juga diartikan sebagai nilai-nilai siswa
/ mahasiswa yang sering diabaikan ketika kurikulum yang formal direncanakan. Namun demikian beberapa guru telah
memfokuskan pada hidden curriculum, ruang kelas, dan sekolah yang
informal, berubah dan dinamis yang mempengaruhi apa yang dipelajari.
Bersama-sama dengan faktor yang lain (seperti kelas sosial, keluarga, kehidupan
keluarga, kecerdasan, dan kepribadian), prestasi siswa dan tingkah lakunya,
aturan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap siswa. Interaksi sosial,
kegiatan ekstrakurikuler, budaya di sekolah, aturan dan pengaturannya merupakan
beberapa tipe dari hidden curriculum.
Pendapat
lain mengenai hidden curriculum, bahwa konsep hidden curriculum ini
diciptakan oleh Benson Snyder pada tahun 1971 dan digunakan oleh para pendidik,
sosiolog, dan psikolog dalam melukiskan sistem informal dalam pendidikan. Hidden
curriculum juga disebutkan terdiri atas tiga R yang
sangat penting untuk dikembangkan yaitu rules (aturan), regulations (peraturan),
dan routines (kontinyu), di mana setiap sekolah yang menerapkan sistem
ini harus beradaptasi. Sosialisasi nilai-nilai moral merupakan suplemen dari
tiga R, pelajaran atau mata kuliah tersebut juga akan semakin jelas dan mudah
dipahami bila disampaikan dengan jalan klasikal dalam ruang kelas yang teratur.
Beragam definisi lain telah dikembangkan berdasarkan pada
perspektif yang luas dari mereka yang mempelajari peristiwa ini. Segala bentuk
pendidikan, termasuk aktivitas rekreasional dan sosial tradisional, dapat
mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang sebetulnya tak sengaja karena bukan
berhubungan dengan sekolah tetapi dengan pengalaman belajar.
Tetapi umumnya, kurikulum tersembunyi mengacu pada berbagai jenis pengetahuan
yang diperoleh dalam sekolah
dasar dan menengah, biasanya dengan suatu konotasi negatif yang mengacu pada
ketidaksamaan yang muncul sebagai akibat hal tersebut. Sikap ini berasal dari
komitmen sistem sekolah yang mempromosikan demokrasidan
memastikan pengembangan kecerdasan yang sama. Sasaran tersebut dihalangi oleh
pelajaran-pelajaran yang tak terukur ini.
Dalam konteks ini,
kurikulum tersembunyi disebut sebagai memperkuat ketidaksamaan sosial dengan
mendidik siswa dalam berbagai persoalan dan perilaku menurut kelas dan status
sosial mereka. Sama halnya seperti adanya ketidaksamaan distribusi modal budaya
di masyarakat, berupa distribusi yang berhubungan dalam pengetahuan di antara
para siswa. Kurikulum tersembunyi juga dapat merujuk pada transmisi
norma, nilai, dan kepercayaan yang disampaikan baik dalam isi pendidikan formal
dan interaksi sosial di dalam sekolah-sekolah ini.[4]Kurikulum tersembunyi sukar untuk didefinisikan secara
eksplisit karena berbeda-beda antar siswa dan pengalamannya serta karena
kurikulum itu selalu berubah-ubah seiring berkembangnya pengetahuan dan
keyakinan masyarakat.
Konsep kurikulum tersembunyi terkespresikan dalam gagasan
bahwa sekolah melakukan lebih dari sekadar menyebarkan pengetahuan, seperti tercantum dalam kurikulum resmi. Di balik itu terdapat berbagai kritik tentang implikasi
sosial, landasan politik, dan hasil budaya dari aktivitas pendidikan modern.
Sementara penelaahan awal berkaitan dengan identifikasi paham anti-demokratis
dari sekolah, penelitian lain telah memperhatikan permasalahan berbeda,
termasuk masalah
sosialisme, kapitalisme, dan anarkisme dalam pendidikan.
Dari
beberapa pendapat tentang hidden curriculum di atas dapat diambil suatu
pengertian bahwa dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah harus mendapatkan perhatian bukan hanya
kurikulum yang tertulis dan direncanakan saja, tetapi ada satu komponen yang
sebenarnya sangat penting dan semestinya harus mulai diperhatikan demi
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan meskipun tidak tertulis seperti
berbagai peraturan lainnya yang dikembangkan di sekolah.
Menurut Vallance (1997:
41-42), hidden curriculum dapat
dianalisis dengan dua pendekatan yaitu: (1) hidden
curriculum sebagai praktek pendidikan. Hidden
Curriculum dapat diartikan sebagai seperangkat praktik yang memiliki
tujuan, implikasi dan masih berlangsung dalam proses sehingga hasilnya belum
diketahui. Berdasarkan konsep ini, maka hidden
curriculum dipraktikan melalui pengajaran didalam kelas yang mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Singkatnya, pendekatan ini menjelaskan bahwa hidden curriculum secara lebih jauh melakukan banyak hal untuk
anak-anak dibandingkan dengan kurikulum formal yang dipraktikkan para guru; (2)
hidden curriculum sebagai hasil
pendidikan.
Pendekatan ini merupakan
kritik terhadap pendekatan pertama yang mengatakan bahwa Sekolah kurang
menjelaskan secara spesifik aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan hasil
prestasi para murid. Pendekatan ini memiliki pandangan lebih luas mengenai
Sekolah, yaitu sebuah tempat dalam konteks politik dan kritik. Pendekatan ini
juga melihat bahwa pembelajaran social-politik harus ditanamkan kepada para
murid. Banyak ahli pendidikan dan praktisi pendidikan setuju dengan pendekatan
ini. Mereka beranggapan bahwa Sekolah dapat memperkuat sebuah struktur social
dan mereka melihat Sekolah juga sebagai fenomena ketidakadilan.
PENGARUH
HIDDEN CURRICULUM
Fungsi
Hidden Curriculum
Walaupun kurikulum tersembunyi memberikan sejumlah besar
pengetahuan pada siswa, ketidaksamaan yang diakibatkan kesenjangan antar kelas
dan status sosial sering menimbulkan konotasi negatif. Sebagai contoh, Pierre
Bourdieu menegaskan bahwa modal yang berhubungan dengan pendidikan
harus dapat diakses untuk meningkatkan prestasi akademik. Efektivitas dari
sekolah akan menjadi terbatas bila kapital jenis ini didistribusikan secara
tidak merata.
Karena kurikulum tersembunyi dianggap sebagai suatu bentuk
modal yang berhubungan dengan pendidikan, maka kurikulum tersebut menghasilkan
ketidakefektifan sekolah ini sebagai hasil dari ketidakmerataan distribusinya.
Sebagai cara dari kontrol sosial, kurikulum tersembunyi
mempromosikan persetujuan terhadap nasib sosial tanpa meningkatkan penggunaan
pertimbangan rasional dan reflektif. Menurut Elizabeth
Vallance, fungsi dari kurikulum tersembunyi mencakup "penanaman nilai,
sosialisasi politis, pelatihan dalam kepatuhan, pengekalan struktur kelas
tradisional-fungsi yang mempunyai karakteristik secara umum seperti kontrol
sosial”.
Kurikulum tersembunyi dapat juga diasosiasikan dengan
penguatan ketidaksetaraan sosial, seperti terbukti dalam perkembangan hubungan
yang berbeda terhadap modal yang berdasar pada jenis kerja dan aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan yang diterapkan pada siswa jadi berbeda-beda
berdasarkan kelas sosialnya.
Keberadaan hidden curriculum berupaya untuk
melengkapi dan menyempurnakan kurikulum formal. Dengan demikian, kurikulum
formal dan hidden curriculum saling
melengkapi keduanya serta tidak dapat dipisahkan dalam prakteknya di Sekolah. Hidden curriculum memiliki beberapa
fungsi.
Pertama, hidden curriculum memberikan pemahaman mendalam tentang
kepribadian, norma, nilai, keyakinan yang tidak dijelaskan secara menyeluruh
dalam kurikulum formal. Kedua, hidden
curriculum memiliki fungsi untuk memberikan kecakapan, keterampilan yang
sangat bermanfaat bagi murid sebagaii bekal dalam fase kehidupannya di kemudian
hari. Dalam hal ini, hidden curriculum dapat
mempersiapkan murid untuk siap terjun di masyarakat. Ketiga, hidden curriculum dapat menciptakan masyarakat yang lebih
demokratis.
Hal
tersebut dapat dilihat dalam berbagai kegiatan maupun aktivitas selain selain
dijelaskan di dalam kurikulum formal. Misalnya, melalu berbagai kegiatan
pelatihan, ekstrakulikuler, diskusi. Keempat,
hidden curriculum juga dapat menjadi mekanisme dan control sosial yang
efektif terhadap perilaku murid maupun perilaku guru. Guru memberikan berbagai
contoh panutan, teladan, dan pengalaman yang ditransmisikan kepada murid. Murid
kemudian mendiskusikan dan menegosiasikan penjelasan tersebut. Kelima, berbagai sumber dalam hidden curriculum dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi murid dalam belajar.
Pentingnya Hidden
Curriculum
Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dapat dideskripsikan
sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam
latar sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak
secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan. Keberadaan kurikulum
tersembunyi ini tidak direncanakan, tidak di programkan dan tidak di rancang
tetapi mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
output dari proses belajar mengajar. Sebagai contoh
hal-hal yang berhubungan dengan moral seperti sikap dan tingkah laku,
penampilan profesional, kemampuan individual, dan apa saja yang melekat pada
pribadi sang guru, akan diterima oleh peserta didiknya sebagai rambu-rambu
untuk diteladani atau dijadikan bahan pembelajaran.
Pada dasarnya kurikulum tersembunyi
mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
·
terletak di
luar konteks pengajaran resmi, belajar secara implisit
·
berupa peraturan
tak bertulis seperti: konvensi, adat resam, nilai budaya yang dikenali sebagai sekolah
(sopan santun, menjaga kebersihan, dan jujur)
berbagai aspek dari belajar berkonstribusi
terhadap keberhasilan kurikulum tersembunyi seperti: praktek, prosedur, aturan,
hubungan, dan struktur sekolah. Beberapa sumber spesifik sekolah dapat
menguatkan elemen penting dari kurikulum tersembunyi. Sumber-sumber ini
diantaranya: struktur sosial dari ruang kelas, latihan otoritas guru, aturan
yang mengatur hubungan antara guru dan siswa, aktivitas belajar standar,
penggunaan bahasa, buku teks, alat bantu audio-visual, berbagai perkakas,
arsitektur, ukuran disiplin, daftar pelajaran, sistem pelacakan, dan prioritas
kurikulum
Aspek Hidden
Curriculum
Hidden Curriculum mengkaji berbagai penjelasan maupun
materi yang tidak disampaikan dalam kurikulum resmi yang diajarkan di Sekolah,
tetapi ditanamkan melalui serangkaian aktivitas yang berlangsung di Sekolah. Terdapat
dua aspek dalam kajian hidden curriculum yaitu
aspek structural (organisasi) dan aspek budaya. Dua aspek ini menjadi contoh
dan panduan untuk melihat dan mendengar dalam berlangsungnya hidden curriculum di Sekolah. Aspek
structural menjelaskan tentang pembagian kelas, berbagai kegiatan Sekolah
diluar kegiatan belajar (misalnya berbagai kegiatan ekstrakulikuler), berbagai
kegiatan yang disediakan (misalnya fasilitas lapangan olahraga, fasilitas
perpustakaan, fasilitas ruang multimedia, fasilitas laboratorium, fasilitas
tempat ibadah).
Fasilitas
juga mencakup barang-barang yang ada di Sekolah yang dapat mendukung
pembelajaran di Sekolah. Termasuk di dalamnya adalah buku teks dan berbagai
program computer yang diajarkan di Sekolah. Aspek kultural mencakup norma
Sekolah, etos kerja keras, peran dan tanggung jawab, relasi social antarpribadi
dan antarkelompok, konflik antarpelajar, ritual dan perayaan ibadah, toleransi,
kerja sama, kompetisi, ekspektasi guru terhadap muridnya serta disiplin waktu.
Kekuatan Hidden
Curriculum
Pelajaran tidak
diartikulasikan oleh siswa dalam bentuk belajar dan pesan
yang mereka terima sebagai hasil bersekolah tidak muncul dalam kurikulum
akademis formal. namun mereka dampak kolektif telah dianggap begitu
penting oleh pendidik bahwa mereka telah mengakuisisi sendiri Nama:
kurikulum tersembunyi (Jackson, 1968 dalam Pugach, 2006:135).
Kurikulum tersembunyi dapat dianggap sebagai siswa semua belajar di
sekolah yang tidak secara eksplisit tercantum dalam akademik kurikulum -
apakah itu dimaksudkan atau tidak disengaja (Tanner & Tanner,
1980 dalam Pugach, 2006:135). Meskipun kurikulum
tersembunyi awalnya didefinisikan sebagai hasil yang tidak diinginkan
sekolah, saat ini banyak yang berpendapat bahwa apa yang pada
awalnya tampak hasil yang tidak diinginkan sering ditujukan yang hasil
yang sistematis mungkin bermanfaat bagi berbagai kelompok siswa.
Ini merupakan belajar yang nyata
tetapi bukan jenis yang mudah dapat mengaitkan dengan gagasan-gagasan
konvensional tentang apa sekolah adalah untuk - yaitu, belajar
akademis. Konsep kurikulum tersembunyi adalah cara yang ampuh pemahaman
anak-anak pengalaman total dan pemuda telah di sekolah. Ini adalah konsep
penting terutama karena sekali kita menyadari bahwa ini "kurikulum"
juga ada, kita menerima bahwa dalam Selain hasil akademik,
seorang resmi, tak terucap set hasil lainnya juga menyebabkan dari
hasil di sekolah, yang guru dan administrator telah tanggung jawab.
CONTOH APLIKASI DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Hidden Curriculum adalah kurikulum tersembunyi atau kurikulum yang tidak jibarkan secara
langsung di dalam KTSP berkarakter, akan tetapi kemampuan guru dikelas
mengelaborasi dan kreatifitas guru dalam manajemen kelas sehingga terlihat
sebagai kelas yang indah, menyenangkan, nyaman dan bisa memberikan nilai-nilai
kebaikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar dikelas sehingga anak didik merasa
selalu ingin kembali kesekolah dengan riang.
Salah satu contoh kecil dari penerapan hidden curriculum yang dilakukan oleh
guru atau pendidik yaitu: menghias kelas dengan berbagai ornamen-ornamen
pendidikan, menaruh bunga, gambar pahlawan, gambar semagat belajar dll, yang
tentunya bisa memberikan efek positif di dalam kelas agar dapat memberikan
sinergi dalam pencapaian belajar Kompetensi dasar. Hal-hal tersebut merupakan
pengapikasian dari hidden curriculum yang
tidak tertulis di dalam pembelajaran namun terpraktikan secara nyata di dalam
aktivitas siswa di Sekolah.
Contoh
lain dari penerapan hidden curriculum di
dalam pendidikan di Indonesia yaitu terdapat pada analisi yang telah di lakukan
di SMP 2 Megaluh yang berada di Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang. Dari
analisi tersebut di dapatkan hasil bahwa, di dalam sekolahan ini terdapat
cara-cara yang berbeda dengan yang diterapkan oleh sekolahan yang lainnya,
dimana dalam sekolahan ini terdapat tradisi atau kegiatan yaitu dimana saat bel
masuk sekolah berbunyi tepat pada pukul 06:45 WIB sebelum dilakukan kegiatan
pembelajaran berlangsung dilakukan kegiatan pembacaan doa oleh guru agama yang
bertugas dan para murid ikut serta mendengarkan lewat pengeras suara sound yang
terletak di setiap kelas. Setelah pembacaan doa selesai selanjutnya dilakukan
kegiatan pemutaran lagu wajib nasional maupun daerah dan para murid wajib
bernyanyi.
Hal tersebut
dilakukan guna memberi bekal kepada siswa-siswi tidak cuma bekal ilmu
pendidikan tetapi ilmu-ilmu religius dan nasionalisme, dimana hal ini dilakukan
guna murid memiliki jiwa nasionalisme dan tidak lupa dengan lagu nasional dan
lagu daerah di Indonesia, selain itu doa dilakukan guna memberikan bekal dan
menguatkan keimanan siswanya. Selain kedua kegiatan tersebut yaitu kegiatan
baca doa dan menyanyikan lagu, juga terdapat kegiatan yaitu dimana setiap hari
jum’at pagi sebelum pelajaran berlangsung, untuk jum’at pagi minggu pertama
dilakukan kegiatan jum’at bersih atau kerja bakti bagi para siswanya dengan
membersihkan kelas dan halaman kelasnya masing-masing, untuk jum’at pagi minggu
kedua diadakan kegiatan jum’at sehat atau jalan sehat dimana para siswa diajak
untuk jalan-jalan memutari kampung sekitar sekolah, sementara untuk jum’at pagi
minggu ketiga dilakukan kegiatan Istighosah dimana para siswa yang ikut disini
cuma diperuntukkan untuk kelas 9.
Jika dikaitkan dengan teori Hidden Curriculum, didalam
tata cara yang digunakan oleh SMPN 2 Megaluh ini merupakan gaya pendidikan yang
menganut sistem hidden curriculum
atau biasa disebut kurikulum tersembunyi. Hal ini terlihat dari adanya tata
cara yang dilakukan yaitu dengan dimana terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan ini tidak terdapat pada kurikulum yang ditetapkan oleh dinas
pendidikan tetapi kegiatan ini disepakati oleh pihak SMPN 2 Megaluh sendiri.
Kegiatan
ini sangat bermanfaat bagi siswanya yaitu dimana dengan diadakannya kegiatan
ini sangat berdampak positif baik bagi siswa maupun para guru pengajar sendiri,
juga sangat membantu bagi siswa karena dengan diadakannya kegiatan ini para
siswa tidak merasa bosan dengan pelajaran. Ini terjadi karena para siswa yang
biasanya hanya diberikan materi pelajaran akan cepat bosan, oleh sebab itu
pihak sekolaj memiliki ide unik untuk siswanya supaya tidak cepat bosan mereka
melakukan kegiatan itu disela-sela kurikulum pembelajaran.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa hidden curriculum merupakan sangat penting untuk
menunjang pendidikan di indonesia. Dimana dengan dilangsungkannya hidden
curriculum akan berdampak positif pada para siswanya yaitu dengan adanya hidden
curriculum para siswa selain diberikan bekal ilmu mereka juga diberikan bekal
rohani dan dan rasa nasionalisme kepada bangsa indonesia.
KESIMPULAN
Istilah kurikulum
pertama kali dikemukakan oleh Philip W.Jackson (1968) dan terus dikembangkan oleh
berbegai tokoh didunia. Hidden Curriculum
atau yang dikenal dengan istilah kurikulum tersembunyi
merupakan hasil (sampingan)
dari pendidikan dalam
latar selolah atau luar sekolah, khususnya
hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan pendidikan. Kurikulum tersembunyi
mencakup pemberian pendidikan untuk bidang kognitif, afektif dan psikomotorik
yang berhubungan dengan pelakasanaan kurikulum yang direncanakan secara cermat
maupun yang
tidak sengaja direncanakan. Relung
dalam Kajian penulis adalah bertujuan dengan fokus pada kurikulum tersembunyi. Di dalam pelaksanaannya hidden curriculum memiliki fungsi dan peranan tersendiri guna mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan. Banyak contoh aplikasi penerapan dari hidden curriculum yang telah terlaksana
di dalam pembelajaran di Sekolah. Implementasi tersebut tidak tersurat di dalam
kurikulum yang ada namun secara langsung telah terlaksana di dalam pendidikan
di Sekolah.
Daftar Pustaka
Hamalik, Oemar. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, Rakhmat. (2011). Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Mars. (2012, july 13). Pentingnya "Hidden
Curriculum". Diakses December 29, 2016, dari Marsability:
http://marsability.blogspot.co.id/2012/07/pentingnya-hidden-curriculum.html
Obama, Reza. (2016, january 22). Tugas Kuliah: Contoh Analisis Hidden
Curriculum. Diakses December 29, 2016, dari Jejak Reza: http://jejakreza.blogspot.co.id/2016/01/contoh-analisis-hidden-curriculum.html
Oliva,
Peter F. (tt). Developing the Curriculum. Boston: Little Brown Company.
Kurikulum Tersembunyi ini sepertinya sangat penting untuk dirancang dengan baik sama seperti merancang kurikulum biasa. Tujuan, Isi, Cara dan Evaluasinya sebaiknya dirancang sehingga melahirkan lulusan seperti yang kita inginkan, terutama lulusan yang memiliki karakteristik atau ketrampilan alternatif selain profil lulusan utama. Sepertinya Kurikulum Tersmbunyi ini adalah alternatif model poendidikam masa depan.
BalasHapus