Senin, 02 Januari 2017

HIDDEN CURRICULUM



RUANG LINGKUP KAJIAN HIDDEN CURRICULUM YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN

Abstrak
Pendidikan merupakan rangkaian proses tanpa akhir untuk mendewasakan manusia baik secara akal pikiran, fisik, dan mental. Terlaksananya pendidikan berkaitan erat dengan kurikulum yang diberlakukan. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Istilah hidden curriculum sendiri pertama kali dikemukakan oleh Philip W.Jackson dalam bukunya Life in Classroom (1968). Hidden curriculum merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan aturan-aturan sosial di dalam sekolah yang tidak tertulis serta harapan pembentukan perilaku yang kita semua tampaknya tahu, tapi tidak pernah diajarkan secara langsung.

Fungsi dari Hidden curriculum yaitu: Pertama, memberikan pemahaman mendalam tentang kepribadian, norma, nilai, keyakinan yang tidak dijelaskan secara menyeluruh dalam kurikulum formal. Kedua, berfungsi untuk memberikan kecakapan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi murid. Ketiga, dapat menciptakan masyarakat yang lebih demokratis. Keempat, hidden curriculum juga dapat menjadi mekanisme dan control sosial yang efektif terhadap perilaku murid maupun perilaku guru. Kelima, berbagai sumber dalam hidden curriculum dapat meningkatkan motivasi dan prestasi murid dalam belajar. Di dalam praktiknya hidden curriculum telah di laksanakan di dalam Sekolah, contohnya budaya berdoa dan menyanyikan lagu wajib sebelum proses pembelajaran berlangsung merupakan implementasi dari hidden curriculum. Meskipun aturan mengenai berdoa dan menyanyikan lagu wajib tidak tertulis di dalam kurikulum namun hal tersebut telah dilaksanakan di dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: Hidden Curriculum, Pendidikan, Sekolah.
Education is a series of endless process to mendewasakan the human sense of mind, physical, and mental. Education is closely related to the implementation of the curriculum imposed. The curriculum is a set of plans and arrangements concerning the purpose, content and learning materials as well as the way that is used as the conducting of learning to achieve specific educational goals. The term hidden curriculum itself was first put forward by Philip w. Jackson in his book Life in Classroom (1968). Hidden curriculum is a term used to describe the social rules in the school that is not written as well as hopes the formation of behavior that we all seem to know, but never taught directly.
The functions of the Hidden curriculum, namely: First, providing a deep understanding of personality, values, norms, beliefs that are not explained thoroughly in theformal curriculum. Second, it serves to provide know-how and skills are very useful for pupils. Third, it can create a more democratic society. Fourth, hidden curriculum can also be a mechanism of social control and are effective against the behavior of the pupil or teacher behavior. Fifth, a variety of sources in the hidden curriculum can improve pupil achievement and motivation in learning. In practice the hidden curriculum was funded in schools, for example the culture of praying and singing the mandatory prior learning process taking place is the implementation of hidden curriculum. Although the rules concerning prayer and sang the song unwritten in the compulsory curriculum, however it has been implemented in the learning process.


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan rangkaian proses tanpa akhir untuk mendewasakan manusia baik secara akal pikiran, fisik, dan mental. Pendidikan mengisyaratkan bahwa anak yang terdidik dengan baik akan memberi warna kebaikan bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat. Kesadaran demikian itu sejatinya telah dipahami masyarakat Indonesia, namun berbagai tantangan dan godaan dunia merontokan benteng kepribadian. Di dalam pendidikan erat kaitannya dengan adanya kurikulum yang digunakan. Penggunaan kurikulum di dalam suatu Sekolah tergantung pada kebijakan Sekolah itu sendiri. Setiap Sekolah dapat menentukan kurikulum yang akan digunakan berdasarkan kebijakan dari dinas yang terkait.
Berdasarkan pengertian secara etimologis, kurikulum berasal dari dunia olahraga yang diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Hal ini ditunjukkan dari arti dari masing-masing kata adalah kosakata dalam dunia olahraga.
“Kurikulum memiliki dua makna. Pertama sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Kedua satu program pembelajaran khusus”. Pembelajaran khusus ini lebih lanjut dijelaskan adalah berupa proses pengajaran, pembelajaran, dan bahan penilaian pendidikan.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan Nasional sebagimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Sedangkan menurut pendapat lain, kurikulum adalah belajar untuk membaca dan menulis ProfFL Ciently (Wilson & Trainin, 2007: 257 dalam Crawley,2007:1).
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu (Hamalik, 2007:16).
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan pembelajaran bagi peserta didik. “Terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai dangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif, dan peranan kreatif”. Adapun pengertian dari masing-masing peranan adalah sebagai berikut:
1.      Peranan konservatif adalah peranan kurikulum untuk mewariskan, mentransmisikan, dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang tetap eksis dalam masyarakat.
2.      Peranan kritis dan evaluatif adalah peranan kurikulum untuk menilai dan memilih nilai-nilai sosial-budaya yang akan diwariskan kepada peserta didik berdasarkan kriteria tertentu.
3.      Peranan kreatif adalah peranan kurikulum untuk menciptakan dan menyusun kegiatan-kegiatan yang kreatif dan konstruktif sesuai dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
sehingga kurikulum berperan sebagai pentranfer pengetahuan tentang nilai dan budaya di masa lampau, akan tetapi dalam proses pentransferan ini juga terdapat proses menilai dan memlih nilai-nilai tersebut yang kemudian akan diciptakan struktur kurikulum yang kreatif dan kontruktif sesuai kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Kurikulum tersembunyi atau kurikulum terselubung, secara umum dapat dideskripsikan sebagai “hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar selolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan”. Kurikulum tersembunyi mencakup pemberian pendidikan untuk bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang berhubungan dengan pelakasanaan kurikulum yang direncanakan secara cermat maupun yang tidak sengaja direncanakan. Relung dalam Kajian penulis adalah bertujuan dengan fokus pada kurikulum tersembunyi.
PEMBAHASAN
KONSEP HIDDEN CURRICULUM
Sejarah Munculnya Hidden Curriculum
Salah satu pokok bahasan dalam Sosiologi Kurikulum adalah kurikulum tersembunyi (Hidden Curriculum). Pokok bahasan ini dianggap merupakan salah satu tema yang penting di dalam studi Sosiologi Kurikulum. Kurikulum Tersembunyi sendiri merupakan bahasan yang pokok dan berkaitan dengan proses pembelajaran di Sekolah. Begitu juga, Hidden Curriculum memiliki peran penting dalam membangun kepribadian dan sikap dalam diri peserta didik.
Istilah Hidden Curriculum untuk pertama kali diperkenalkan oleh Philip W.Jackson dalam bukunya Life in Classroom (1968). Dalam buku tersebut Jackson secara kritis mencari jawaban kekuatan utama apa yang terdapat di Sekolah sehingga dapat membentuk hibitus budaya seperti kepercayaan, sikap dan pandangan murid. Awalnya dia mengidentifikasikan dengan konsep daily grind, yaitu sistem dan aturan membosankan yang dirancang untuk mempromosikan rutinitas pasif, ketaatan dan persetujuan untuk mendapatkan kepuasaan sesaat. Kackson kemudian membandingkan Sekolah penjara dengan lembaga seperti rumah sakit jiwa. Ada kesamaan antara dua lembaga yang dibandingkan Jackson, yaitu adanya rutinitas yang pasif, membosankan serta melahirkan kepatuhan bagi semua warganya.
Dalam analisi lebih lanjurnya, Jackson berpendapat bahwa daily grind yang dimaksud secara prinsip adalah dengan konsep Hidden Curriculum. Inilah kontribusi utama Jackson dalam memperkenalkan konsep hidden curriculum dalam kajian pendidikan. Konsep hidden curriculum menurut Jackson dapat mempersiapkan murid dalam kehidupan yang dianggap membosankan dalam masyarakat industry. Dalam buku ini, Jackson juga menjelaskan bagaimana murid-murid merasakan tentang dunia Sekolah, bagaimana perilaku murid terkait dengan penampilan Sekolah, baigamana guru merasakan perilaku muridnya. Tetapi Jackson tidak setuju dengan berbagai dikotomi tersebut. Ia berpendapat dikotomi tersebut harus dihapuskan.
Pada dasarnya ide utama buku ini adalah analisis Jackson untuk menjaelaskan tentang konsep hidden curriculum. Jackson menjelaskan hidden curriculum sebagai aturan-aturan social dan perilaku yang diharapkan berdasarkan segala sesuatu yang tidak tertulis. Konsep ini juga menjadi kelebihan Jackson dalam berbagai karyanya yang menunjukan praktik hidden curriculum di dalam kelas selama periode 1950-1960. Ia mengemukakan argument pentingnya pemahaman pendidikan sebagai proses sosialisasi.
Setelah tulisan Jackson terbit, Benson Snyder mempublikasikan buku The Hidden Curriculum (1970), yang mengajukan pertanyaan tentang mengapa siswa-bahkan atau terutama yang berbakat-menjauhi pendidikan. Dalam buku ini, Snyder menjelaskan tesis utamanya bahwa banyak terjadi konflik dikampus dan fenmena kecemasan pribadi siswa yang disebabkan karena factor norma-norma akademik dan social yang tak tertulis di lingkungan kampus. Hal tersebut dianggap menggagalkan siswa untuk memiliki kemampuan berkembang secara mandiri atau berpikir kreatif.
Meski demikian, sebelum Jackson memperkenalkan istilah Hidden Curriculum, Emile Durkheim juga menganalisis fenomena ini. Meski tidak menyebut the hidden curriculum, tapi dijelaskan Durkheim memberikan akar historis lahirnya konsep hidden curriculum tersebut. Penjelasan Durkheim dapat dilihat dalam bukunya yaitu Education and Sociology (1992) dan Moral Education (1925). Dalam observasinya, singkat kata Durkheim menemukan sebuah realitas bahwa banyak materi yang disampaikan oleh guru, tetapi tidak tertulis dan tidak dituangkan dalam panduan pengajaran dikelas. Penjelasan Durkheim ini memberikan kontribusi tentang analisis hidden curriculum.
Selain Emile Durkheim, John Dewey juga mengkaji praktik praktik hidden curriculum. Meski sama dengan Emile Durkheim, Dewey tidak secara khusus menyebut istilah hidden curriculum. Pengamatannya tertuang dalam bukunya, Democracy and Education. Dewey melihat pola-pola yang berkembang dan tren perkembangan dalam Sekolah public dimana dikembangkan perspektif demokrasi di Sekolah tersebut. Gagasan Dewey ini kemudian dibantah oleh Geoege Counts dalam bukunya Dare the School Build a New Sosial Order (1929). Pemikiran Dewey ini juga sejalan dengan pemikiran lain yang di kembangkan Jean Piaget, Erik Erikson, dan Maria Montessori.
Mereka memiliki hipotesis bahwa setiap anak memiliki saluran tunggal dalam perkembangannya agar menjadi dewasa. Counts menganggap bahwa proses menjadi dewasa melalui proses yang dinamis, melalui proses adaptasi dan sangat kompleks. Maksud dari kritik Counts adalah perkembangan kepribadian dan perilaku anak tidak sesederhana yang dijelaskan oleh John Dewey, Jean Piaget, Erik Erikson maupun Maria Montessori. Counts lebih jauh menjelaskan apa yang sudah dirintis mereka. Gagasan Counts ini kemudian mengakibatkan berbagai perspektif baru yang dikembangkan kalangan pendidik untuk melakukan penilaian penampilan dan perilaku murid dengan berbagai petunjuk tertentu. Gagasan Counts ini kemudian dikembangkan oleh tokoh seperti Charles Beard dan Myles Horton.
Saat mempertimbangkan implikasi sosial dari kurikulum tersembunyi, perlu diingat bahwa kontrol sosial adalah perhatian utama dari para penemu kurikulum pendidikan. Para peneliti awal di bidang ini dipengaruhi oleh pendapat bahwa pelestarian keistimewaan, minat, dan pengetahuan sosial dari suatu kelompok dalam populasi membuat perlunya eksploitasi kelompok lain yang kurang kuat. Seiring berlalunya waktu, teori ini menjadi kurang terperhatikan, tapi warna yang mendasarinya masih menjadi faktor yang berkontribusi terhadap permasalahan dalam kurikulum tersembunyi.
Beberapa teori pendidikan telah dikembangkan untuk membantu memberi makna dan struktur terhadap kurikulum tersembunyi dan untuk mengilustrasikan peran sekolah dalam sosialisasi. Tiga dari teori-teori tersebut, seperti dikemukakan oleh Henry Giroux dan Anthony Penna, adalah pandangan struktural-fungsional terhadap sekolah, pandangan fenomenologis yang berhubungan dengan sosiologi pendidikan yang baru, dan pandangan kritis radikal yang berhubungan dengan analisis neo-Marxist terhadap teori dan praktik pendidikan. Pandangan struktural-fungsional memusatkan diri pada bagaimana norma dan nilai diterapkan dalam sekolah dan seberapa penting hal tersebut bagi keberfungsian masyarakat telah diterima secara penuh.
Pandangan fenomenologis berpendapat bahwa makna dibentuk melalui pertemuan dan interaksi sosial, dan berimplikasi pada pendapat bahwa pengetahuan adalah objektif. Pandangan radikal kritis mengenali hubungan antara reproduksi ekonomi dan budaya serta menekankan hubungan antara teori, ideologi, dan praktik belajar sosial. Walau dua teori pertama telah berkontribusi terhadap analisis kurikulum tersembunyi, pandangan radikal kritis memberikan wawasan paling luas. Pandangan tersebut mengakui aspek ekonomis dan sosial dalam pendidikan yang secara jelas diilustrasikan oleh kurikulum tersembunyi. Selain itu juga mengilustrasikan signifikansi dari karakteristik abstrak seperti teori dan ideologi yang membantu mendefinisikan peristiwa ini.

Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)
Oliver dalam Oliva menyamakan kurikulum dengan program pendidikan dan membagi menjadi empat bagian utama, yaitu:
“(1) the program of studies; (2) the program of experience; (3) the program of services; and (4) the hidden curriculum. The program of studies, experiences, and services are readily apparent. To these elements Oliver has added the concept of hidden curriculum, which encompasses values promoted by the school, differing emphases given by the different teachers within the same subject areas the degree of enthusiasme of teachers, and the physical and social elimate of the school” - Peter F. Oliva, Developing The Curriculum (Boston: Little Brown Company, tt).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kurikulum pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat komponen pokok yaitu sebagai program pendidikan atau belajar, program pengalaman, program latihan, dan hidden curriculum. Menurut Oliver, program belajar pengalaman dan latihan dengan mudah, secara jelas dan nyata dapat kelihatan, sedangkan konsep tentang hidden curriculum mencakup pengembangan nilai-nilai di sekolah, perhatian, dan penekanan yang diberikan berbeda-beda pula terhadap bidang atau subyek yang sama, tingkat semangat guru-guru dan kondisi fisik dan iklim sosial dari sekolah.
Hidden curriculum juga diartikan sebagai nilai-nilai siswa / mahasiswa yang sering diabaikan ketika kurikulum yang formal direncanakan. Namun demikian beberapa guru telah memfokuskan pada hidden curriculum, ruang kelas, dan sekolah yang informal, berubah dan dinamis yang mempengaruhi apa yang dipelajari. Bersama-sama dengan faktor yang lain (seperti kelas sosial, keluarga, kehidupan keluarga, kecerdasan, dan kepribadian), prestasi siswa dan tingkah lakunya, aturan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap siswa. Interaksi sosial, kegiatan ekstrakurikuler, budaya di sekolah, aturan dan pengaturannya merupakan beberapa tipe dari hidden curriculum.
Pendapat lain mengenai hidden curriculum, bahwa konsep hidden curriculum ini diciptakan oleh Benson Snyder pada tahun 1971 dan digunakan oleh para pendidik, sosiolog, dan psikolog dalam melukiskan sistem informal dalam pendidikan. Hidden curriculum juga disebutkan terdiri atas tiga R yang sangat penting untuk dikembangkan yaitu rules (aturan), regulations (peraturan), dan routines (kontinyu), di mana setiap sekolah yang menerapkan sistem ini harus beradaptasi. Sosialisasi nilai-nilai moral merupakan suplemen dari tiga R, pelajaran atau mata kuliah tersebut juga akan semakin jelas dan mudah dipahami bila disampaikan dengan jalan klasikal dalam ruang kelas yang teratur.
Beragam definisi lain telah dikembangkan berdasarkan pada perspektif yang luas dari mereka yang mempelajari peristiwa ini. Segala bentuk pendidikan, termasuk aktivitas rekreasional dan sosial tradisional, dapat mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang sebetulnya tak sengaja karena bukan berhubungan dengan sekolah tetapi dengan pengalaman belajar. Tetapi umumnya, kurikulum tersembunyi mengacu pada berbagai jenis pengetahuan yang diperoleh dalam sekolah dasar dan menengah, biasanya dengan suatu konotasi negatif yang mengacu pada ketidaksamaan yang muncul sebagai akibat hal tersebut. Sikap ini berasal dari komitmen sistem sekolah yang mempromosikan demokrasidan memastikan pengembangan kecerdasan yang sama. Sasaran tersebut dihalangi oleh pelajaran-pelajaran yang tak terukur ini.
 Dalam konteks ini, kurikulum tersembunyi disebut sebagai memperkuat ketidaksamaan sosial dengan mendidik siswa dalam berbagai persoalan dan perilaku menurut kelas dan status sosial mereka. Sama halnya seperti adanya ketidaksamaan distribusi modal budaya di masyarakat, berupa distribusi yang berhubungan dalam pengetahuan di antara para siswa. Kurikulum tersembunyi juga dapat merujuk pada transmisi norma, nilai, dan kepercayaan yang disampaikan baik dalam isi pendidikan formal dan interaksi sosial di dalam sekolah-sekolah ini.[4]Kurikulum tersembunyi sukar untuk didefinisikan secara eksplisit karena berbeda-beda antar siswa dan pengalamannya serta karena kurikulum itu selalu berubah-ubah seiring berkembangnya pengetahuan dan keyakinan masyarakat.
Konsep kurikulum tersembunyi terkespresikan dalam gagasan bahwa sekolah melakukan lebih dari sekadar menyebarkan pengetahuan, seperti tercantum dalam kurikulum resmi. Di balik itu terdapat berbagai kritik tentang implikasi sosial, landasan politik, dan hasil budaya dari aktivitas pendidikan modern. Sementara penelaahan awal berkaitan dengan identifikasi paham anti-demokratis dari sekolah, penelitian lain telah memperhatikan permasalahan berbeda, termasuk masalah sosialisme, kapitalisme, dan anarkisme dalam pendidikan.
Dari beberapa pendapat tentang hidden curriculum di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah harus mendapatkan perhatian bukan hanya kurikulum yang tertulis dan direncanakan saja, tetapi ada satu komponen yang sebenarnya sangat penting dan semestinya harus mulai diperhatikan demi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan meskipun tidak tertulis seperti berbagai peraturan lainnya yang dikembangkan di sekolah.
Menurut Vallance (1997: 41-42), hidden curriculum dapat dianalisis dengan dua pendekatan yaitu: (1) hidden curriculum sebagai praktek pendidikan. Hidden Curriculum dapat diartikan sebagai seperangkat praktik yang memiliki tujuan, implikasi dan masih berlangsung dalam proses sehingga hasilnya belum diketahui. Berdasarkan konsep ini, maka hidden curriculum dipraktikan melalui pengajaran didalam kelas yang mencapai tujuan-tujuan tertentu. Singkatnya, pendekatan ini menjelaskan bahwa hidden curriculum secara lebih jauh melakukan banyak hal untuk anak-anak dibandingkan dengan kurikulum formal yang dipraktikkan para guru; (2) hidden curriculum sebagai hasil pendidikan.
Pendekatan ini merupakan kritik terhadap pendekatan pertama yang mengatakan bahwa Sekolah kurang menjelaskan secara spesifik aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan hasil prestasi para murid. Pendekatan ini memiliki pandangan lebih luas mengenai Sekolah, yaitu sebuah tempat dalam konteks politik dan kritik. Pendekatan ini juga melihat bahwa pembelajaran social-politik harus ditanamkan kepada para murid. Banyak ahli pendidikan dan praktisi pendidikan setuju dengan pendekatan ini. Mereka beranggapan bahwa Sekolah dapat memperkuat sebuah struktur social dan mereka melihat Sekolah juga sebagai fenomena ketidakadilan.
PENGARUH HIDDEN CURRICULUM
Fungsi Hidden Curriculum
Walaupun kurikulum tersembunyi memberikan sejumlah besar pengetahuan pada siswa, ketidaksamaan yang diakibatkan kesenjangan antar kelas dan status sosial sering menimbulkan konotasi negatif. Sebagai contoh, Pierre Bourdieu menegaskan bahwa modal yang berhubungan dengan pendidikan harus dapat diakses untuk meningkatkan prestasi akademik. Efektivitas dari sekolah akan menjadi terbatas bila kapital jenis ini didistribusikan secara tidak merata. Karena kurikulum tersembunyi dianggap sebagai suatu bentuk modal yang berhubungan dengan pendidikan, maka kurikulum tersebut menghasilkan ketidakefektifan sekolah ini sebagai hasil dari ketidakmerataan distribusinya.
Sebagai cara dari kontrol sosial, kurikulum tersembunyi mempromosikan persetujuan terhadap nasib sosial tanpa meningkatkan penggunaan pertimbangan rasional dan reflektif. Menurut Elizabeth Vallance, fungsi dari kurikulum tersembunyi mencakup "penanaman nilai, sosialisasi politis, pelatihan dalam kepatuhan, pengekalan struktur kelas tradisional-fungsi yang mempunyai karakteristik secara umum seperti kontrol sosial”. Kurikulum tersembunyi dapat juga diasosiasikan dengan penguatan ketidaksetaraan sosial, seperti terbukti dalam perkembangan hubungan yang berbeda terhadap modal yang berdasar pada jenis kerja dan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan yang diterapkan pada siswa jadi berbeda-beda berdasarkan kelas sosialnya.
Keberadaan hidden curriculum berupaya untuk melengkapi dan menyempurnakan kurikulum formal. Dengan demikian, kurikulum formal dan hidden curriculum saling melengkapi keduanya serta tidak dapat dipisahkan dalam prakteknya di Sekolah. Hidden curriculum memiliki beberapa fungsi.
Pertama, hidden curriculum memberikan pemahaman mendalam tentang kepribadian, norma, nilai, keyakinan yang tidak dijelaskan secara menyeluruh dalam kurikulum formal. Kedua, hidden curriculum memiliki fungsi untuk memberikan kecakapan, keterampilan yang sangat bermanfaat bagi murid sebagaii bekal dalam fase kehidupannya di kemudian hari. Dalam hal ini, hidden curriculum dapat mempersiapkan murid untuk siap terjun di masyarakat. Ketiga, hidden curriculum dapat menciptakan masyarakat yang lebih demokratis.
Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai kegiatan maupun aktivitas selain selain dijelaskan di dalam kurikulum formal. Misalnya, melalu berbagai kegiatan pelatihan, ekstrakulikuler, diskusi. Keempat, hidden curriculum juga dapat menjadi mekanisme dan control sosial yang efektif terhadap perilaku murid maupun perilaku guru. Guru memberikan berbagai contoh panutan, teladan, dan pengalaman yang ditransmisikan kepada murid. Murid kemudian mendiskusikan dan menegosiasikan penjelasan tersebut. Kelima, berbagai sumber dalam hidden curriculum dapat meningkatkan motivasi dan prestasi murid dalam belajar.
Pentingnya Hidden Curriculum
Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dapat dideskripsikan sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan. Keberadaan kurikulum tersembunyi ini tidak direncanakan, tidak di programkan dan tidak di rancang tetapi mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap output dari proses belajar mengajar. Sebagai contoh hal-hal yang berhubungan dengan moral seperti sikap dan tingkah laku, penampilan profesional, kemampuan individual, dan apa saja yang melekat pada pribadi sang guru, akan diterima oleh peserta didiknya sebagai rambu-rambu untuk diteladani atau dijadikan bahan pembelajaran.
Pada dasarnya kurikulum tersembunyi mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:
·         terletak di luar konteks pengajaran resmi, belajar secara implisit
·         berupa peraturan tak bertulis seperti: konvensi, adat resam, nilai budaya yang dikenali sebagai sekolah (sopan santun, menjaga kebersihan, dan jujur)
·         dibentuk oleh faktor  seperti sosioekonomi dan latar belakang pengalaman dan murid.
berbagai aspek dari belajar berkonstribusi terhadap keberhasilan kurikulum tersembunyi seperti: praktek, prosedur, aturan, hubungan, dan struktur sekolah. Beberapa sumber spesifik sekolah dapat menguatkan elemen penting dari kurikulum tersembunyi. Sumber-sumber ini diantaranya: struktur sosial dari ruang kelas, latihan otoritas guru, aturan yang mengatur hubungan antara guru dan siswa, aktivitas belajar standar, penggunaan bahasa, buku teks, alat bantu audio-visual, berbagai perkakas, arsitektur, ukuran disiplin, daftar pelajaran, sistem pelacakan, dan prioritas kurikulum
Aspek Hidden Curriculum
Hidden Curriculum mengkaji berbagai penjelasan maupun materi yang tidak disampaikan dalam kurikulum resmi yang diajarkan di Sekolah, tetapi ditanamkan melalui serangkaian aktivitas yang berlangsung di Sekolah. Terdapat dua aspek dalam kajian hidden curriculum yaitu aspek structural (organisasi) dan aspek budaya. Dua aspek ini menjadi contoh dan panduan untuk melihat dan mendengar dalam berlangsungnya hidden curriculum di Sekolah. Aspek structural menjelaskan tentang pembagian kelas, berbagai kegiatan Sekolah diluar kegiatan belajar (misalnya berbagai kegiatan ekstrakulikuler), berbagai kegiatan yang disediakan (misalnya fasilitas lapangan olahraga, fasilitas perpustakaan, fasilitas ruang multimedia, fasilitas laboratorium, fasilitas tempat ibadah).
Fasilitas juga mencakup barang-barang yang ada di Sekolah yang dapat mendukung pembelajaran di Sekolah. Termasuk di dalamnya adalah buku teks dan berbagai program computer yang diajarkan di Sekolah. Aspek kultural mencakup norma Sekolah, etos kerja keras, peran dan tanggung jawab, relasi social antarpribadi dan antarkelompok, konflik antarpelajar, ritual dan perayaan ibadah, toleransi, kerja sama, kompetisi, ekspektasi guru terhadap muridnya serta disiplin waktu.
Kekuatan Hidden Curriculum
Pelajaran tidak diartikulasikan oleh siswa dalam bentuk belajar dan pesan yang mereka terima sebagai hasil bersekolah tidak muncul dalam kurikulum akademis formal. namun mereka dampak kolektif telah dianggap begitu penting oleh pendidik bahwa mereka telah mengakuisisi sendiri Nama: kurikulum tersembunyi (Jackson, 1968 dalam Pugach, 2006:135). Kurikulum tersembunyi dapat dianggap sebagai siswa semua belajar di sekolah yang tidak secara eksplisit tercantum dalam akademik kurikulum - apakah itu dimaksudkan atau tidak disengaja (Tanner & Tanner, 1980 dalam Pugach, 2006:135). Meskipun kurikulum tersembunyi awalnya didefinisikan sebagai hasil yang tidak diinginkan sekolah, saat ini banyak yang berpendapat bahwa apa yang pada awalnya tampak hasil yang tidak diinginkan sering ditujukan yang hasil yang sistematis mungkin bermanfaat bagi berbagai kelompok siswa.
Ini merupakan belajar yang nyata tetapi bukan jenis yang mudah dapat mengaitkan dengan gagasan-gagasan konvensional tentang apa sekolah adalah untuk - yaitu, belajar akademis. Konsep kurikulum tersembunyi adalah cara yang ampuh pemahaman anak-anak pengalaman total dan pemuda telah di sekolah. Ini adalah konsep penting terutama karena sekali kita menyadari bahwa ini "kurikulum" juga ada, kita menerima bahwa dalam Selain hasil akademik, seorang resmi, tak terucap set hasil lainnya juga menyebabkan dari hasil di sekolah, yang guru dan administrator telah tanggung jawab.
CONTOH APLIKASI DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN DI INDONESIA
Hidden Curriculum adalah kurikulum tersembunyi atau kurikulum yang tidak jibarkan secara langsung di dalam KTSP berkarakter, akan tetapi kemampuan guru dikelas mengelaborasi dan kreatifitas guru dalam manajemen kelas sehingga terlihat sebagai kelas yang indah, menyenangkan, nyaman dan bisa memberikan nilai-nilai kebaikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar dikelas sehingga anak didik merasa selalu ingin kembali kesekolah dengan riang.
Salah satu contoh kecil dari penerapan hidden curriculum yang dilakukan oleh guru atau pendidik yaitu: menghias kelas dengan berbagai ornamen-ornamen pendidikan, menaruh bunga, gambar pahlawan, gambar semagat belajar dll, yang tentunya bisa memberikan efek positif di dalam kelas agar dapat memberikan sinergi dalam pencapaian belajar Kompetensi dasar. Hal-hal tersebut merupakan pengapikasian dari hidden curriculum yang tidak tertulis di dalam pembelajaran namun terpraktikan secara nyata di dalam aktivitas siswa di Sekolah.
Contoh lain dari penerapan hidden curriculum di dalam pendidikan di Indonesia yaitu terdapat pada analisi yang telah di lakukan di SMP 2 Megaluh yang berada di Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang. Dari analisi tersebut di dapatkan hasil bahwa, di dalam sekolahan ini terdapat cara-cara yang berbeda dengan yang diterapkan oleh sekolahan yang lainnya, dimana dalam sekolahan ini terdapat tradisi atau kegiatan yaitu dimana saat bel masuk sekolah berbunyi tepat pada pukul 06:45 WIB sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan kegiatan pembacaan doa oleh guru agama yang bertugas dan para murid ikut serta mendengarkan lewat pengeras suara sound yang terletak di setiap kelas. Setelah pembacaan doa selesai selanjutnya dilakukan kegiatan pemutaran lagu wajib nasional maupun daerah dan para murid wajib bernyanyi.
Hal tersebut dilakukan guna memberi bekal kepada siswa-siswi tidak cuma bekal ilmu pendidikan tetapi ilmu-ilmu religius dan nasionalisme, dimana hal ini dilakukan guna murid memiliki jiwa nasionalisme dan tidak lupa dengan lagu nasional dan lagu daerah di Indonesia, selain itu doa dilakukan guna memberikan bekal dan menguatkan keimanan siswanya. Selain kedua kegiatan tersebut yaitu kegiatan baca doa dan menyanyikan lagu, juga terdapat kegiatan yaitu dimana setiap hari jum’at pagi sebelum pelajaran berlangsung, untuk jum’at pagi minggu pertama dilakukan kegiatan jum’at bersih atau kerja bakti bagi para siswanya dengan membersihkan kelas dan halaman kelasnya masing-masing, untuk jum’at pagi minggu kedua diadakan kegiatan jum’at sehat atau jalan sehat dimana para siswa diajak untuk jalan-jalan memutari kampung sekitar sekolah, sementara untuk jum’at pagi minggu ketiga dilakukan kegiatan Istighosah dimana para siswa yang ikut disini cuma diperuntukkan untuk kelas 9.
 Jika dikaitkan dengan teori Hidden Curriculum, didalam tata cara yang digunakan oleh SMPN 2 Megaluh ini merupakan gaya pendidikan yang menganut sistem hidden curriculum atau biasa disebut kurikulum tersembunyi. Hal ini terlihat dari adanya tata cara yang dilakukan yaitu dengan dimana terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan ini tidak terdapat pada kurikulum yang ditetapkan oleh dinas pendidikan tetapi kegiatan ini disepakati oleh pihak SMPN 2 Megaluh sendiri.
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswanya yaitu dimana dengan diadakannya kegiatan ini sangat berdampak positif baik bagi siswa maupun para guru pengajar sendiri, juga sangat membantu bagi siswa karena dengan diadakannya kegiatan ini para siswa tidak merasa bosan dengan pelajaran. Ini terjadi karena para siswa yang biasanya hanya diberikan materi pelajaran akan cepat bosan, oleh sebab itu pihak sekolaj memiliki ide unik untuk siswanya supaya tidak cepat bosan mereka melakukan kegiatan itu disela-sela kurikulum pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hidden curriculum merupakan sangat penting untuk menunjang pendidikan di indonesia. Dimana dengan dilangsungkannya hidden curriculum akan berdampak positif pada para siswanya yaitu dengan adanya hidden curriculum para siswa selain diberikan bekal ilmu mereka juga diberikan bekal rohani dan dan rasa nasionalisme kepada bangsa indonesia.

KESIMPULAN
            Istilah kurikulum pertama kali dikemukakan oleh Philip W.Jackson (1968) dan terus dikembangkan oleh berbegai tokoh didunia. Hidden Curriculum atau yang dikenal dengan istilah kurikulum tersembunyi merupakan hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar selolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan pendidikan. Kurikulum tersembunyi mencakup pemberian pendidikan untuk bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang berhubungan dengan pelakasanaan kurikulum yang direncanakan secara cermat maupun yang tidak sengaja direncanakan. Relung dalam Kajian penulis adalah bertujuan dengan fokus pada kurikulum tersembunyi. Di dalam pelaksanaannya hidden curriculum memiliki fungsi dan peranan tersendiri guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Banyak contoh aplikasi penerapan dari hidden curriculum yang telah terlaksana di dalam pembelajaran di Sekolah. Implementasi tersebut tidak tersurat di dalam kurikulum yang ada namun secara langsung telah terlaksana di dalam pendidikan di Sekolah.
Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, Rakhmat. (2011). Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mars. (2012, july 13). Pentingnya "Hidden Curriculum". Diakses December 29, 2016, dari Marsability: http://marsability.blogspot.co.id/2012/07/pentingnya-hidden-curriculum.html
Obama, Reza. (2016, january 22). Tugas Kuliah: Contoh Analisis Hidden Curriculum. Diakses December 29, 2016, dari Jejak Reza: http://jejakreza.blogspot.co.id/2016/01/contoh-analisis-hidden-curriculum.html
 Oliva, Peter F. (tt). Developing the Curriculum. Boston: Little Brown Company.

1 komentar:

  1. Kurikulum Tersembunyi ini sepertinya sangat penting untuk dirancang dengan baik sama seperti merancang kurikulum biasa. Tujuan, Isi, Cara dan Evaluasinya sebaiknya dirancang sehingga melahirkan lulusan seperti yang kita inginkan, terutama lulusan yang memiliki karakteristik atau ketrampilan alternatif selain profil lulusan utama. Sepertinya Kurikulum Tersmbunyi ini adalah alternatif model poendidikam masa depan.

    BalasHapus