Senin, 02 Januari 2017

KURIKULUM METODE MONTESSORI



METODE MONTESSORI
Abstrak
Artikel ini membahas tentang pemikiran salah satu tokoh filsuf pendidikan yakni Maria Montessori. Beliau adalah bukan hanya seorang pendidik namun juga ilmuwan dan seorang dokter Italia. Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian.
 Metode ini kelak dikenal dengan Metode Montessori. Sehingga di dalam artikel ini akan mengulas sejumlah pemikiran Montessori tersebut baik dalam sejarah singkatnya maupun pandangan terhadap anak, komponen-komponen pendidikan terhadap anak.

Kata kunci : Sekilas tentang Montessori, Metode Montessori, Pendekatan Montessori

Abstract
This article discusses one of the philosophers thought that Maria Montessori education. He is not only an educator but also a scientist and an Italian physician. He developed a method of education by giving children the freedom for them to perform daily activities and organize events. This method was later known as the Montessori method. So in this article will review some of the good ideas in Montessori brief history as well as the views of children, the components of the education of children.

Keywords: Overview of the Montessori Method Montessori, Montessori Approach

PENDAHULUAN
Telah kita yakini bersama, bahwa anak harus mendapatkan hak-haknya sebagai seorang manusia, salah satu hak yang harus didapatkan oleh seorang anak adalah hak mendapatkan pendidikan yang layak, Dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 31 ayat I yang berbunyi : "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan." Dengan kata lain, bahwa pemerintah sangat peduli terhadap pendidikan warga negaranya dan setiap warga negara harus mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak tanpa membeda-bedakan status sosial ekonomi maupun batasan usia agar hat tersebut dapat dirasakan adil oleh seluruh rakyat.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang anak berhak mendapatkan pendidikan. Karena pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia dimasa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya dimana dia hidup. Banyak saat ini terdapat lembaga pendidikan pra sekolah antara lain Play group taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, PAUD dan lain sebagainya yang menyediakan pendidikan untuk anak usia dini yang menyiapkan anak saat memasuki kehidupan sekolah dan lingkungan yang lebih nyata.
Untuk mendapatkan standar pendidikan dengan kualitas yang baik, maka diperlukan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan di mana pendekatan itu akan di implementasikan. Banyak sekali pendekatan-pendekatan yang di gunakan dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu pendekatan yang akan di bahas pada artikel ilmiah ini adalah pendekatan Montessori.

PEMBAHASAN
Sekilas Tentang Maria Montessori
Maria Montessori lahir pada 31 Agustus, 1870, di Chiaravalle, kota bukit dengan pemandangan Laut Adriatik, di provinsi Ancona di Italia. Dia adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori, seorang manajer bisnis di perusahaan monopoli tembakau milik negara dan Renilde Stoppani, perempuan berpendidikan dari sebuah keluarga terpandang. (Montessori, 2013:1). Dia mempunyai minat dan bakat yang besar pada matematika, orang tuanya mengirimkannya ke Roma agar Maria memperoleh kelebihan-kelebihan pendidikan sebuah kota besar. Meski orang tuanya ingin Maria menjadi guru, dia justru memutuskan untuk untuk menekuni bidang engineering. Namun bidang ini pun bukanlah kesukaannya dan setelah perkenalan yang singkat pada bidang biologi, kemudian dia memutuskan menekuni bidang kedokteran. Pada tahun 1896, dia menjadi wanita pertama di Italia yang mendapatkan gelar Doctor of Medicine (Wikipedia:Maria Montessori).
Setelah lulus dari sekolah kedokteran, Maria bekerja di klinik psikiatrik Universitas Roma dan pekerjaannya yang berhubungan dengan masalah cacat mental ini sangat membantunya dalam menuangkan gagasan-gagasan pendidikan pada masa-masa yang akan datang. Dia sangat yakin bahwa defisiensi mental lebih merupakan masalah pedagogis daripada gangguan medis dan merasa bahwa dengan latihan pendidikan khusus orang-orang cacat ini akan dapat dibantu. Dan, pada gilirannya, pendidikan dan pemahamannya terbukti memberikan kontribusi sangat besar dalam pengembangan kemampuan anak yang menderita cacat mental. Casa dei Bambini, atau "Children's House" didirikan pada tahun 1907 di Roma yang diperuntukkan bagi anak-anak cacat mental ini, semuanya berumur di bawah lima tahun (Hidayatulloh,p.142, 2014, Vol 8 No1).
Pada tahun 1909, sebagai hasil minatnya yang besar terhadap Casa dei Bambini, Maria Montessori menerbitkan Scientific Pedagogy as Applied to Child Education in the Children's Houses. Karyanya ini menarik perhatian masyarakat dan orang-orang Amerika yang pertama memberikan tanggapan. Namun, gagasan-gagasannya segera mendapatkan kritik, sebagian besar karena fakta bahwa bangsa Amerika telah mendapatkan bentuk pendidikan yang mapan dan tidak beranggapan bahwa latihan-latihan ekstensif untuk perkembangan anak lebih lanjut seperti tidak perlu bagi anak usia pra-sekolah. Diantara pengkritik ini adalah pengikut Darwinisme konservatif yang sangat percaya pada " fixed intellegence" dan yakin bahwa faktor keturunan adalah satu-satunya penentu perkembangan anak. Teori-teori Freud (Psikoanalitis) juga mendapat perhatian di awal revelasi Montessori bahwa materi-materi pendidikannya membangkitkan minat Spontaneous anak dalam belajar (Hidayatulloh,p.143, 2014, Vol 8 No1).
Pada tahun 1915, Maria Montessori secara antusias di terima di Amerika. Dia memberikan kuliah dan mengadakan kursus-kursus bagi para guru di California. Untuk memperkenalkan lebih lanjut metodenya kepada masyarakat luas, sebuah kelas Montessori didirikan di San Fransisco World Exhibition pada tahun 1915. Setelah kembali ke eropa, dia memberikan kuliah di beberapa negara dan juga menghabiskan banyak waktunya dalam penelitian lebih lanjut. Dr. Montessori meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun. Setelah kematiannya, anak laki-Iakinya Mario Montessori menggantikannya sebagai direksi Association Montessori Internationale dengan kantor pusat di Amsterdam (Hidayatulloh,p.143, 2014, Vol 8 No1).

Hakikat Pendidikan
            “education is a natural process spontaneously carried out by the human individual. It is acquired not by listening to words, but by experiences upon the environment.” Jadi menurut Montessori pendidikan adalah proses alami yang dilakukan oleh individu manusia. Hal ini diperoleh tidak hanya dengan mendengarkan kata-kata saja, tetapi juga dengan pengalaman terhadap lingkungan (Montessori Maria,p.7 ,1949,The Absorbent Mind).
Montessori juga menulis “That education in the first two years of life is important to the whole life.” Bahwa pendidikan dalam dua tahun pertama adalah kehidupan penting untuk seluruh kehidupan (Montessori Maria,p.196 ,1949,The Absorbent Mind). Pendidikan ini merupakan portal utama menuju level pendidikan berikutnya. Jika tidak dikawal dengan baik, efeknya dapat berkepanjangan. Pendidikan selama periode ini harus dimaksudkan sebagai bantuan untuk pengembangan kekuatan batin yang melekat pada individu manusia. Hal ini tidak dapat dicapai dengan mengajar karena anak tidak bisa memahami apa yang seorang guru akan katakan. Pendidikan dikatakan ideal apabila anak bisa mengembangkan kemampuannya sendiri, dengan kata lain, anak di sini tidak boleh merasa terhalangi kesempatannya untuk bergerak ke mana pun yang ia suka, karena pada dasarnya anak ingin menemukan apa yang ia butuhkan untuk memuaskan dirinya.
Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep (Wikipedia:Metode Montessori).

Tujuan Pendidikan Montessori
Pendidikan diselenggaran atas dasar tujuan tertentu, dalam PAUD pendidikan bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Dengan adanya pendidikan anak usia dini diharapkan anak bisa menjadi pribadi yang baik serta potensi yang ada dalam diri anak dapat berkembang secara baik dan optimal. Montessori meyakini bahwa tak ada manusia yang terdidik dan berhasil dengan baik hanya melalui orang lain. Manusia harus pula melakukan sendiri untuk keberhasilan itu atau tidak sama sekali. Manusia yang betul-betul terdidik akan terus melanjutkan suatu proses belajar lebih lama dibandingkan dengan waktu yang telah dihabiskan di sekolah. Hal ini disebabkan adanya motivasi dari dalam diri dan keingin-tahuan secara natural dan tentu saja, karena cinta ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, Montessori menegaskan bahwa tujuan pendidikan di masa kanak – kanak hendaklah tidak menjejali anak dengan rangkaian bidang studi pra sekolah, namun akan lebih baik dengan mengkultivasi keinginan atau hasrat belajar anak secara natural.
Dalam sekolah Montessori, tujuan ini mengambil dua pendekatan. Pertama, memberi kebebasan setiap anak mengekspresikan kegembiraan belajar melalui pilihannya sendiri bukan dengan menciptakan suasana tertekan. Kedua, membantunya menyempurnakan perangkat dasar belajar sehingga dengan demikian pada kondisi belajar berikutnya kecakapan anak meningkat. Materi Montessori memiliki dua tujuan. Tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Metode Montessori telah dikenal dan digunakan di berbagai negara karena dikenal dengan sistemnya yang mampu menstimulus seorang anak. Metode ini memiliki tujuan untuk merubah anak menjadi pribadi yang lebih aktif, cerdas dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari (Silviana Sampurna,p.1, 2013, Vol 1 No2).

Kurikulum
Dalam kurikulum yang dibuat oleh Montessori Children's Houses, beliau lebih menekankan pentingnya arti disiplin pada awal-awal pembelajaran tanpa mengurangi kebebasan anak untuk memilih aktivitas-aktivitas yang telah disediakan di kelas Montessori (Montessori Maria,p.264 ,1949,The Absorbent Mind).
Anak-anak di kelas Montessori dikelompokkan secara vertikal, mereka tidak dikelompokkan berdasarkan umur. Setiap kelas terdiri dari beragam kelompok dengan rentang usia 3 sampai 6 tahun, di mana mereka berbagi kelas dan guru-guru yang sama. Pengelompokkan anak berdasarkan umur memberikan kesempatan yang sangat baik bagi anak untuk berinteraksi dengan beragam cara. Anak-anak yang lebih tua merupakan model/contoh bagi anak yang lebih muda, hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan pengetahuan mereka, selain itu menjadi pemimpin di kelas akan mendorong anak mempunyai rasa tanggung jawab yang pada akhirnya meningkatkan citra diri. Di sisi lain, anak-anak yang lebih muda dibuka / diarahkan untuk bekerja lebih baik dengan cara mengobservasi anak-anak yang lebih tua. Metode ini memungkinkan anak-anak dapat bekerja sesuai dengan kemampuan dan prestasi dikembangkan dan sebagai konsekuensinya kepercayaan diri akan terpellihara dengan baik (Montessori Maria,p.330-331 ,1949,The Absorbent Mind).
Selain itu dalam kurikulum Montessori, ada area-area yang menjadi pusat latihan (Silviana Sampurna,p.1, 2013, Vol 1 No2), yaitu:
1). Latihan Kehidupan Praktis ( LKP)
Pada tahap perkembangan usia antara 3 sampai 6 tahun merupakan fase dimana anak-anak mempunyai keinginan yang kuat untuk meniru orang dewasa dan hal ini sangat diperlukan untuk pengembangan mereka. Pada fase ini, anak-anak diberi kesempatan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka setiap hari (Montessori Maria,p.222 ,1949,The Absorbent Mind). Misalnya, mereka menyapu, mencuci, memindahkan suatu barang dengan berbagai alat yang berbeda ( sendok, sumpit dan lain-lain), membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting, membuka dan menutup botol/kotak/kunci, mengelap gelas yang sudah di cuci dan sebagainya. Melalui berbagai aktivitas yang menarik ini, anak-anak belajar untuk membantu diri mereka sendiri (self help), berkonsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.
2). Penginderaan
Bahan-bahan tentang penginderaan dirancang untuk memperbaiki perasaan/kepekaan anak-anak akan waktu pada saat terutama sensitif untuk mempelajari keahlian. Anak-anak dapat belajar untuk menilai, memisahkan dan membedakan dimensi, tinggi, berat, warna, suara, bau, barang tenunan dan mengembangkan bahasa dan kosa kata. Melalui bahan-bahan tentang penginderaan, anak-anak dapat mengembangkan kontrol otot untuk hal-hal tertentu, misalnya mengontrol pensil pada saat menulis, memperkuat jari penjepit melalui alat yang dikenal dengan nama knobbed/cylinders dan melukis dengan jari untuk mengkoordinasikan mata dengan tangan.
3). Matematika
Pengenalan akan matematika dilakukan melalui penyesuaian, pemilahan dan penyusunan terhadap apa yang anak-anak hadapi sehari-hari di area LKP dan area penginderaan. Matematika diperkenalkan kepada anak-anak melalui konsep-konsep yang jelas dan menarik. Metode yang dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk merekayasa bahan-bahan yang nyata/jelas sebelum mereka sampai pada tahap konsep abstrak yang berkaitan dengan dunia angka. Setelah anak-anak memahami konsep dasar kuantitas/jumlah dan hubungannya dengan lambang-lambang, hal lain yaitu mempelajari angka-angka yang lebih besar dan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian akan menjadi lebih alami (Montessori Maria,p.372-373 ,1949,The Absorbent Mind). Selain itu, anak dapat belajar matematika melalui pengukuran, seperti mengukur jarak, mengukur literan, mengukur besar kecil dan lain-lain.
4). Bahasa
Kelas Pra sekolah Montessori menekankan bahasa lisan sebagai dasar dalam semua ekspresi bahasa. Melalui seluruh lingkungan Monessori, anak-anak mendengar dan menggunakan kosa kata yang tepat untuk seluruh kegiatan, mempelajari nama-nama susunan, bentuk geometris, komposisi, tumbuh-tumbuhan, operasi matematika dan sebagainya. Selain itu, bahan-bahan tertentu di area bahasa sangat mendukung dalam berbahasa secara lisan. Bahan-bahan untuk bahasa tulisan diperkenalkan pertama kali kepada anak-anak melalui huruf-huruf yang dapat dipindahkan.
Setelah itu, anak-anak mulai diperkenalkan tentang komposisi/susunan kata, kalimat dan seluruh cerita dengan menggunakan bahan-bahan tersebut guru dan orang tua sebaiknya mulai mengenalkan bahasa kedua pada anak (Montessori Maria,p.4-5 ,1949,The Absorbent Mind).
5). Kebudayaan
Anak-anak diperkenalkan mempelajari Geografi, Sejarah, IImu tentang tumbuh-tumbuhan dan IImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar melalui latihan individual, kelompok dan aktivitas-aktivitas latihan seperti diskusi mengenai dunia sekitar mereka, pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih jauh tentang ilmu pengetahuan alam. Selain itu, anak-anak pun diperkenalkan tentang masakan khas daerah, melalui 'cooking'.
Lima area ini saling berkaitan dan diperkenalkan secara bersamaan kepada anak. Anak-anak tidak diwajibkan untuk menguasai satu area sebelum berpindah ke area yang lain, namun banyak latihan yang harus dikuasai sebelum melangkah ke matematika dasar dan pemahaman bahasa. Area LKP dan penginderaan merupakan fondasi yang mendasar bagi area-area yang lain. Sepanjang hari di sekolah diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak-anak menikmati dan mengembangkan keakhlian dan kepekaan sosial mereka.

Guru yang Ideal
Di kelas Montessori, tidak ada muka kelas; meja guru bukan sebagai titik perhatian suara. Hal ini disebabkan stimulasi belajar dimulai dari semua sudut kelas. Montessori selalu menekankan guru agar bisa berperan sebagai pengarah (director) (Montessori Maria,p.364 ,1949,The Absorbent Mind) dan sangat berbeda dengan model guru konvensional. Pertama, guru berfungsi sebagai pengamat terhadap minat anak dan tugas sehari harinya diproses berdasar pengamatan bukan dari kurikulum yang ada. Guru harus memiliki kecakapan mendemonstrasikan penggunaan materi secara tepat sebagaimana yang menjadi pilihan anak (Hidayatulloh,p.144, 2014, Vol 8 No1).
Guru harus bisa menghibur anak-anak. Dia mungkin bisa bercerita, memiliki beberapa permainan dan bernyanyi, penggunaan sajak dan puisi. Guru selalu mengamati kemajuan setiap anak dan mencatat prestasinya. Guru harus memahami kesiapan seorang anak dan juga pandai mengalihkan perhatiannya dalam hal memilih materi yang jauh berada di luar kemampuannya. Di sisi lain, guru harus mampu mendorong dan memberi semangat terhadap yang ragu-ragu. Bila anak melakukan kesalahan, sejauh dan sebisa mungkin guru menahan diri untuk tidak melibatkan diri mengatasi secara langsung dan mendorongnya untuk menemukan kesalahannya melalui manipulasi self correcting. (Montessori Maria,p.395-400 ,1949,The Absorbent Mind).
Guru-guru Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri mereka, dan mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan kesalahan (Montessori Maria,p.364 ,1949,The Absorbent Mind). Yang paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak. Peran lainnya dari guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama lingkungan yang bernuansa ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan tersebut.

Perilaku Anak
Di kelas Montessori selalu terdengar aktifitas yang cukup membisingkan disebabkan penggunaan materi pelajaran yang terdapat di dalamnya melibatkan banyak gerakan seperti; berjalan, menyiram, berbicara dan lebih khusus terhadap penggunaan tangan oleh tiap anak. Disiplin anak hendaknya didapat melalui observasi kerja ril. Perilaku anak bisa dikatakan mendekati tingkat maturitas pada saat anak tersebut memiliki ketertarikan yang kuat terhadap aktivitas kelas. Bila anak menunjukkan perilaku tidak wajar, guru sebaiknya membantu dan memilihkan aktivitas yang mampu menyerap perhatiannya secara penuh (Montessori Maria,p.364 ,1949,The Absorbent Mind).
Karena anak memiliki kemampuan belajar dengan cara menyerap hingga pada usia tujuh tahun, Montessori menuturkan bahwa pengalamannya tersebut dapat diperkaya di kelas dengan materi yang mengandung informasi atau penjelasan tentang pendidikan yang paling mendasar (Montessori Maria,p.304 ,1949,The Absorbent Mind). Menurut Montessori, anak adalah an active agent (agen aktif) dalam lingkungannya (Hidayatulloh,p.144, 2014, Vol 8 No1).

Metode Pembelajaran
Metode pengajaran Montessori dibagi menjadi tiga bagian yaitu pendidikan motorik,sensorik dan bahasa dengan penekanan melalui pengembangan kelima indera. Anak belajar dengan tahapan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kecakapan-kecakapan individunya. Metode Montessori mengembangkan kepribadian anak secara keseluruhan.
Selama tahap awal pembelajaran, anak memerlukan motivasi dari orang dewasa, maka berikanlah pujian untuk memperoleh kepercayaan dalam dirinya (Montessori Maria,p.159 ,1949,The Absorbent Mind). Aturan dan disiplin serta kontrol diri harus dilatihkan pada anak. Keteladan dari orang dewasa merupakan metode yang menonjol dalam Montessori, sebab anak belajar segala hal dengan cara meniru orang dewasa. Perluas wawasan anak dengan mengadakan kegiatan untuk memberikan pengalaman-pengalaman baru, bertemu orang-orang baru, dan melihat hal-hal baru.

Media atau Fasilitas Belajar
Media yang digunakan Montessori adalah media pembelajaran sandpaper letters merupakan alat peraga edukatif yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf abjad. Penggunaan kertas ampelas ini bertujuan untuk membuat media yang menarik dan bisa disentuh maupun dirasakan oleh anak usia dini. Sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana huruf ditulis. Selain itu media atau alat peraga dalam pembelajaran bisa didapat didalam rumah dengan mudah seperti mangkok, sendok, beras dsb. Pengaturan ruangan dengan konsep memanfaatkan setiap lahan yang tersedia maka pengaturan ruangan dapat diatur sesuikebutuhan pada setiap tema
Dengan menggunakan media pembelajaran sandpaper letters yang dibutuhkan secara maksimal adalah kemampuan indera peraba anak dan juga koordinasi yang baik antara mata dan tangan untuk menulis. Kalau mereka sudah mengerti baru mereka siap masuk ke calistung (baca, tulis, hitung). Menurut Montessori bahwa rentang usia 3-5 tahun kemampuan bahasa anak terutama untuk menulis sudah mulai matang dan siap untuk diberikan stimulus.
Montessori menyimpulkan bahwa anak lebih suka objek nyata daripada mainan. Montessori menciptakan alat peraga khusus untuk melatih panca indera. Alat peraga Montessori bersifat membentuk anak memiliki kepribadian yang matang. Mulai dari melatih konsentrasi, yang merupakan keterampilan dasar sebagai landasan perkembangan anak. Berlatih menggunakan alat peraga membuat anak belajar menemukandirinya sendiri.

Penilaian
Penilaian adalah rangkaian kegiatan pengumpulan dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah diajarkan. Penilaian yang dilakukan oleh Montessori adalah penilaian sumatif, dimana pembelajaran di kelas Montessori dicatat melalui observasi, penyusunan fortofolio dan catatan rinci tentang kemajuan perkembangan. Selain itu dalam penilaian formatif Montessori menyimpan catatan sebagai berikut:
§  Pelajaran yang diberikan
§  Tindak lanjut pekerjaan yang telah diselesaikan oleh masing-masing siswa
§  Kemajuan siswa dan prestasi
§  Kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing siswa dan bagaimana mereka menyelesaaikan kesulitan tersebut
Penilaian sumatif sangat penting karena dapat memberikan deskripsi atas keefektifan metode pembelajaran yang digunakan, efisiensi metode dan daya tarik pembelajaran.

Lingkungan Pendidikan yang Ideal
Setiap pendidikan pasti memerlukan lingkungan yang dapat mendukung proses pembelajaran agar berjalan dengan lancar. lingkungan pendidikan Montessori didasarkan atas prinsip realistisdan kealamian. Pendidikan anak usia dini memerlukan lingkungan pendidikan yang menyenangkan dimana anak bisa mengekspresikan dirinya dan merasa nyaman dengan lingkungan yang ada. Lingkungan di sini hendaknya yang menyenangkan bagi anak dan juga memberi kesempatan bagi perkembangan potensi masing-masing individu.
Montessori, sama halnya dengan Piaget, menganggap lingkungan sebagai kunci utama pembelajaran spontan anak. Menurut Montessori, anak adalah an active agent (agen aktif) dalam lingkungannya, sementara guru merupakan fasilitator yang membantu pembelajaran dan perkembangan anak (Hidayatulloh,p.144, 2014, Vol 8 No1). Didalam lingkungan yang diciptakan secara khusus ini memberikan kebebasan, tanggung jawab, perkembangan sosial dan intelektual anak secara spontan akan berkembang.
Lingkungan tempat anak itu harus merupakan lingkungan yang aktif yaitu lingkungan yang kaya dengan bahasa. Orang dewasa bisa meletakkan banyak kata dilingkungan bermain anak. Dimana-mana anak dapat melihat tulisan sehingga menolong anak dalam mempelajarai keaksaraan pendidikan yang aktif akan membawa lingkungan diluar anak yang kaya dengan bahasa kedalam pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada didalam pikiran anak dan juga mengeluarkan segala sesuatu yang ada didalam pikiran anak keluar melalui bahasa yang diucapkan anak. Dengan demikian pengetahuan anak  akan terus bertambah. Dalam lingkungan pendidikan, anak harus dibuat senyaman mungkin dalam melaksanakan pendidikan, seperti mendekorasi ruang kelas, belajar sambil bermain, serta anak diberi kebebasan untuk bergerarak serta tidak ada pengekangan.


PENUTUP
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Pendidikan tidak hanya didapat dari usia 7 tahun keatas, tetapi dimulai sejak usia dini yaitu usia dua tahun pertama. Di usia ini pendidikan merupakan pendidikan yang penting untuk seluruh kehidupan. Pendidikan ini merupakan pembuka menuju level pendidikan berikutnya. Jika tidak diperoleh dengan baik, efeknya dapat berkepanjangan. Maka dari itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi.
Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang didesain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Untuk itu Montessori membuat sebuah metode yang dikenal Metode Montessori. Metode ini dikenal dengan sistemnya yang mampu menstimulus seorang anak menjadi pribadi yang lebih aktif, cerdas dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

 

Hidayatulloh, M. (2014). Lingkungan Menyenangkan dalam Pendidikan Usia Dini : Pemikiran Montessori. Nadwa, 140-154.
Maria Montessori, e. G. (2013). Metode Montessori: Panduan Wajib untuk Guru dan Orang Tua Didik PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Montessori, M. (1949). The Absorbent Mind. Adyar: Theosophical Publishing House.
Silviana Sampurna Tanzil, H. C. (2013). Perancangan Interior Sekolah Dasar Montessori di Surabaya. Intra, 1-7.
Wikipedia. (2016, Maret 6). Wikipedia. Diambil kembali dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Montessori
Wikipedia. (2016, Maret 8). Wikipedia. Diambil kembali dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_Montessori


Tidak ada komentar:

Posting Komentar