METODE MONTESSORI
Abstrak
Artikel ini
membahas tentang pemikiran salah satu tokoh filsuf pendidikan yakni Maria
Montessori. Beliau adalah bukan
hanya seorang pendidik namun juga ilmuwan dan seorang dokter Italia. Ia
mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi
mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian.
Metode ini kelak dikenal dengan Metode
Montessori. Sehingga di dalam artikel
ini akan mengulas sejumlah pemikiran Montessori tersebut baik dalam sejarah
singkatnya maupun pandangan terhadap anak, komponen-komponen pendidikan
terhadap anak.
Kata kunci :
Sekilas tentang Montessori, Metode Montessori, Pendekatan Montessori
Abstract
This article discusses one of the philosophers thought that Maria
Montessori education. He is not only an educator but also a scientist and an
Italian physician. He developed a method of education by giving children the
freedom for them to perform daily activities and organize events. This method
was later known as the Montessori method. So in this article will review some
of the good ideas in Montessori brief history as well as the views of children,
the components of the education of children.
Keywords: Overview of the Montessori
Method Montessori, Montessori Approach
PENDAHULUAN
Telah kita yakini bersama, bahwa anak harus mendapatkan hak-haknya
sebagai seorang manusia, salah satu hak yang harus didapatkan oleh seorang anak
adalah hak mendapatkan pendidikan yang layak, Dipertegas dalam Undang-Undang
Dasar 1945 No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 31 ayat I yang
berbunyi : "Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan." Dengan kata lain, bahwa pemerintah sangat
peduli terhadap pendidikan warga negaranya dan setiap warga negara harus
mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak tanpa membeda-bedakan status
sosial ekonomi maupun batasan usia agar hat tersebut dapat dirasakan adil oleh
seluruh rakyat.
Dari uraian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa seorang anak berhak mendapatkan pendidikan. Karena pendidikan
mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia dimasa depan.
Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara
optimal, yaitu pengembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam
aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap
perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya
dimana dia hidup. Banyak saat ini terdapat lembaga pendidikan pra sekolah
antara lain Play group taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, PAUD dan lain
sebagainya yang menyediakan pendidikan untuk anak usia dini yang menyiapkan
anak saat memasuki kehidupan sekolah dan lingkungan yang lebih nyata.
Untuk mendapatkan standar pendidikan dengan kualitas yang baik, maka
diperlukan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan di
mana pendekatan itu akan di implementasikan. Banyak sekali
pendekatan-pendekatan yang di gunakan dalam kegiatan belajar mengajar, salah
satu pendekatan yang akan di bahas pada artikel ilmiah ini adalah pendekatan
Montessori.
PEMBAHASAN
Sekilas Tentang Maria
Montessori
Maria Montessori lahir pada 31 Agustus,
1870, di Chiaravalle, kota bukit dengan pemandangan Laut Adriatik, di provinsi
Ancona di Italia. Dia adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori, seorang
manajer bisnis di perusahaan monopoli tembakau milik negara dan Renilde
Stoppani, perempuan berpendidikan dari sebuah keluarga terpandang. (Montessori,
2013:1). Dia mempunyai minat dan bakat yang besar
pada matematika, orang tuanya mengirimkannya ke Roma agar Maria memperoleh
kelebihan-kelebihan pendidikan sebuah kota besar. Meski orang tuanya ingin
Maria menjadi guru, dia justru memutuskan untuk untuk menekuni bidang
engineering. Namun bidang ini pun bukanlah kesukaannya dan setelah perkenalan
yang singkat pada bidang biologi, kemudian dia memutuskan menekuni bidang
kedokteran. Pada tahun 1896, dia menjadi wanita pertama di Italia yang
mendapatkan gelar Doctor of Medicine (Wikipedia:Maria Montessori).
Setelah lulus dari sekolah kedokteran, Maria bekerja di klinik psikiatrik
Universitas Roma dan pekerjaannya yang berhubungan dengan masalah cacat mental
ini sangat membantunya dalam menuangkan gagasan-gagasan pendidikan pada
masa-masa yang akan datang. Dia sangat yakin bahwa defisiensi mental lebih
merupakan masalah pedagogis daripada gangguan medis dan merasa bahwa dengan
latihan pendidikan khusus orang-orang cacat ini akan dapat dibantu. Dan, pada
gilirannya, pendidikan dan pemahamannya terbukti memberikan kontribusi sangat
besar dalam pengembangan kemampuan anak yang menderita cacat mental. Casa dei
Bambini, atau "Children's House" didirikan pada tahun 1907 di Roma
yang diperuntukkan bagi anak-anak cacat mental ini, semuanya berumur di bawah lima
tahun (Hidayatulloh,p.142, 2014, Vol 8 No1).
Pada tahun 1909, sebagai hasil minatnya yang besar terhadap Casa dei
Bambini, Maria Montessori menerbitkan Scientific Pedagogy as Applied to Child
Education in the Children's Houses. Karyanya ini menarik perhatian masyarakat
dan orang-orang Amerika yang pertama memberikan tanggapan. Namun, gagasan-gagasannya
segera mendapatkan kritik, sebagian besar karena fakta bahwa bangsa Amerika
telah mendapatkan bentuk pendidikan yang mapan dan tidak beranggapan bahwa
latihan-latihan ekstensif untuk perkembangan anak lebih lanjut seperti tidak
perlu bagi anak usia pra-sekolah. Diantara pengkritik ini adalah pengikut
Darwinisme konservatif yang sangat percaya pada " fixed intellegence"
dan yakin bahwa faktor keturunan adalah satu-satunya penentu perkembangan anak.
Teori-teori Freud (Psikoanalitis) juga mendapat perhatian di awal revelasi
Montessori bahwa materi-materi pendidikannya membangkitkan minat Spontaneous
anak dalam belajar (Hidayatulloh,p.143, 2014, Vol 8 No1).
Pada tahun 1915, Maria Montessori secara antusias di terima di Amerika.
Dia memberikan kuliah dan mengadakan kursus-kursus bagi para guru di
California. Untuk memperkenalkan lebih lanjut metodenya kepada masyarakat luas,
sebuah kelas Montessori didirikan di San Fransisco World Exhibition pada tahun
1915. Setelah kembali ke eropa, dia memberikan kuliah di beberapa negara dan
juga menghabiskan banyak waktunya dalam penelitian lebih lanjut. Dr. Montessori
meninggal di Belanda tahun 1952 pada umur 81 tahun. Setelah kematiannya, anak
laki-Iakinya Mario Montessori menggantikannya sebagai direksi Association
Montessori Internationale dengan kantor pusat di Amsterdam (Hidayatulloh,p.143,
2014, Vol 8 No1).
Hakikat Pendidikan
“education is a natural process
spontaneously carried out by the human individual. It is acquired not by
listening to words, but by experiences upon the environment.” Jadi menurut
Montessori pendidikan adalah proses alami yang dilakukan oleh individu manusia.
Hal ini diperoleh tidak hanya dengan mendengarkan kata-kata saja, tetapi juga
dengan pengalaman terhadap lingkungan (Montessori Maria,p.7 ,1949,The Absorbent
Mind).
Montessori juga menulis “That education in the first two years of
life is important to the whole life.” Bahwa pendidikan dalam dua tahun
pertama adalah kehidupan penting untuk seluruh kehidupan (Montessori
Maria,p.196 ,1949,The Absorbent Mind). Pendidikan ini merupakan
portal utama menuju level pendidikan berikutnya. Jika tidak dikawal dengan
baik, efeknya dapat berkepanjangan. Pendidikan selama periode ini harus dimaksudkan sebagai bantuan untuk
pengembangan kekuatan batin yang melekat pada individu manusia. Hal ini tidak
dapat dicapai dengan mengajar karena anak tidak bisa memahami apa yang seorang
guru akan katakan. Pendidikan dikatakan ideal apabila anak bisa mengembangkan
kemampuannya sendiri, dengan kata lain, anak di sini tidak boleh merasa
terhalangi kesempatannya untuk bergerak ke mana pun yang ia suka, karena pada
dasarnya anak ingin menemukan apa yang ia butuhkan untuk memuaskan dirinya.
Ciri dari metode ini
adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis
dari guru (sering disebut "direktur" atau
"pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari
lingkungan belajar anak dengan tingkat
perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan
keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak
(koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep (Wikipedia:Metode
Montessori).
Tujuan Pendidikan Montessori
Pendidikan diselenggaran atas dasar tujuan tertentu, dalam PAUD
pendidikan bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak. Dengan adanya pendidikan anak usia dini diharapkan anak bisa
menjadi pribadi yang baik serta potensi yang ada dalam diri anak dapat
berkembang secara baik dan optimal. Montessori meyakini bahwa tak ada manusia
yang terdidik dan berhasil dengan baik hanya melalui orang lain. Manusia harus
pula melakukan sendiri untuk keberhasilan itu atau tidak sama sekali. Manusia
yang betul-betul terdidik akan terus melanjutkan suatu proses belajar lebih
lama dibandingkan dengan waktu yang telah dihabiskan di sekolah. Hal ini
disebabkan adanya motivasi dari dalam diri dan keingin-tahuan secara natural
dan tentu saja, karena cinta ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, Montessori menegaskan bahwa tujuan pendidikan di masa
kanak – kanak hendaklah tidak menjejali anak dengan rangkaian bidang studi pra sekolah,
namun akan lebih baik dengan mengkultivasi keinginan atau hasrat belajar anak
secara natural.
Dalam sekolah Montessori, tujuan ini mengambil dua pendekatan. Pertama,
memberi kebebasan setiap anak mengekspresikan kegembiraan belajar melalui pilihannya
sendiri bukan dengan menciptakan suasana tertekan. Kedua, membantunya
menyempurnakan perangkat dasar belajar sehingga dengan demikian pada kondisi
belajar berikutnya kecakapan anak meningkat. Materi Montessori memiliki dua
tujuan. Tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Metode Montessori telah dikenal dan digunakan di berbagai negara karena
dikenal dengan sistemnya yang mampu menstimulus seorang anak. Metode ini
memiliki tujuan untuk merubah anak menjadi pribadi yang lebih aktif, cerdas dan
bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari (Silviana Sampurna,p.1, 2013, Vol
1 No2).
Kurikulum
Dalam kurikulum yang
dibuat oleh Montessori Children's Houses, beliau lebih menekankan pentingnya
arti disiplin pada awal-awal pembelajaran tanpa mengurangi kebebasan anak untuk
memilih aktivitas-aktivitas yang telah disediakan di kelas Montessori (Montessori
Maria,p.264 ,1949,The Absorbent Mind).
Anak-anak di kelas
Montessori dikelompokkan secara vertikal, mereka tidak dikelompokkan
berdasarkan umur. Setiap kelas terdiri dari beragam kelompok dengan rentang
usia 3 sampai 6 tahun, di mana mereka berbagi kelas dan guru-guru yang sama.
Pengelompokkan anak berdasarkan umur memberikan kesempatan yang sangat baik
bagi anak untuk berinteraksi dengan beragam cara. Anak-anak yang lebih tua
merupakan model/contoh bagi anak yang lebih muda, hal ini akan meningkatkan
kepercayaan diri dan pengetahuan mereka, selain itu menjadi pemimpin di kelas
akan mendorong anak mempunyai rasa tanggung jawab yang pada akhirnya
meningkatkan citra diri. Di sisi lain, anak-anak yang lebih muda dibuka / diarahkan
untuk bekerja lebih baik dengan cara mengobservasi anak-anak yang lebih tua.
Metode ini memungkinkan anak-anak dapat bekerja sesuai dengan kemampuan dan
prestasi dikembangkan dan sebagai konsekuensinya kepercayaan diri akan
terpellihara dengan baik (Montessori Maria,p.330-331 ,1949,The Absorbent Mind).
Selain itu dalam kurikulum Montessori, ada area-area yang menjadi pusat
latihan (Silviana Sampurna,p.1, 2013, Vol 1 No2), yaitu:
1). Latihan Kehidupan Praktis ( LKP)
Pada tahap perkembangan
usia antara 3 sampai 6 tahun merupakan fase dimana anak-anak mempunyai
keinginan yang kuat untuk meniru orang dewasa dan hal ini sangat diperlukan
untuk pengembangan mereka. Pada fase ini, anak-anak diberi kesempatan untuk
meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka setiap hari
(Montessori Maria,p.222 ,1949,The Absorbent Mind). Misalnya, mereka menyapu, mencuci,
memindahkan suatu barang dengan berbagai alat yang berbeda ( sendok, sumpit dan
lain-lain), membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting,
membuka dan menutup botol/kotak/kunci, mengelap gelas yang sudah di cuci dan
sebagainya. Melalui berbagai aktivitas yang menarik ini, anak-anak belajar
untuk membantu diri mereka sendiri (self help), berkonsentrasi dan
mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.
2). Penginderaan
Bahan-bahan tentang
penginderaan dirancang untuk memperbaiki perasaan/kepekaan anak-anak akan waktu
pada saat terutama sensitif untuk mempelajari keahlian. Anak-anak dapat belajar
untuk menilai, memisahkan dan membedakan dimensi, tinggi, berat, warna, suara,
bau, barang tenunan dan mengembangkan bahasa dan kosa kata. Melalui bahan-bahan
tentang penginderaan, anak-anak dapat mengembangkan kontrol otot untuk hal-hal
tertentu, misalnya mengontrol pensil pada saat menulis, memperkuat jari
penjepit melalui alat yang dikenal dengan nama knobbed/cylinders dan melukis
dengan jari untuk mengkoordinasikan mata dengan tangan.
3). Matematika
Pengenalan akan matematika
dilakukan melalui penyesuaian, pemilahan dan penyusunan terhadap apa yang
anak-anak hadapi sehari-hari di area LKP dan area penginderaan. Matematika
diperkenalkan kepada anak-anak melalui konsep-konsep yang jelas dan menarik.
Metode yang dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk merekayasa
bahan-bahan yang nyata/jelas sebelum mereka sampai pada tahap konsep abstrak
yang berkaitan dengan dunia angka. Setelah anak-anak memahami konsep dasar
kuantitas/jumlah dan hubungannya dengan lambang-lambang, hal lain yaitu
mempelajari angka-angka yang lebih besar dan operasi matematika seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian akan menjadi lebih alami (Montessori
Maria,p.372-373 ,1949,The Absorbent Mind). Selain itu, anak dapat belajar
matematika melalui pengukuran, seperti mengukur jarak, mengukur literan,
mengukur besar kecil dan lain-lain.
4). Bahasa
Kelas Pra sekolah
Montessori menekankan bahasa lisan sebagai dasar dalam semua ekspresi bahasa.
Melalui seluruh lingkungan Monessori, anak-anak mendengar dan menggunakan kosa
kata yang tepat untuk seluruh kegiatan, mempelajari nama-nama susunan, bentuk
geometris, komposisi, tumbuh-tumbuhan, operasi matematika dan sebagainya.
Selain itu, bahan-bahan tertentu di area bahasa sangat mendukung dalam
berbahasa secara lisan. Bahan-bahan untuk bahasa tulisan diperkenalkan pertama
kali kepada anak-anak melalui huruf-huruf yang dapat dipindahkan.
Setelah itu, anak-anak
mulai diperkenalkan tentang komposisi/susunan kata, kalimat dan seluruh cerita
dengan menggunakan bahan-bahan tersebut guru dan orang tua sebaiknya mulai
mengenalkan bahasa kedua pada anak (Montessori Maria,p.4-5 ,1949,The Absorbent
Mind).
5). Kebudayaan
Anak-anak diperkenalkan
mempelajari Geografi, Sejarah, IImu tentang tumbuh-tumbuhan dan IImu
pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar melalui latihan individual,
kelompok dan aktivitas-aktivitas latihan seperti diskusi mengenai dunia sekitar
mereka, pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuh-tumbuhan dan
kehidupan binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih
jauh tentang ilmu pengetahuan alam. Selain itu, anak-anak pun diperkenalkan
tentang masakan khas daerah, melalui 'cooking'.
Lima area ini saling
berkaitan dan diperkenalkan secara bersamaan kepada anak. Anak-anak tidak
diwajibkan untuk menguasai satu area sebelum berpindah ke area yang lain, namun
banyak latihan yang harus dikuasai sebelum melangkah ke matematika dasar dan
pemahaman bahasa. Area LKP dan penginderaan merupakan fondasi yang mendasar
bagi area-area yang lain. Sepanjang hari di sekolah diperkenalkan pula
aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak-anak menikmati dan mengembangkan
keakhlian dan kepekaan sosial mereka.
Guru yang Ideal
Di kelas Montessori, tidak ada muka kelas; meja guru bukan sebagai titik
perhatian suara. Hal ini disebabkan stimulasi belajar dimulai dari semua sudut
kelas. Montessori selalu menekankan guru agar bisa berperan sebagai pengarah
(director) (Montessori Maria,p.364 ,1949,The Absorbent Mind) dan sangat berbeda
dengan model guru konvensional. Pertama, guru berfungsi sebagai pengamat
terhadap minat anak dan tugas sehari harinya diproses berdasar pengamatan bukan
dari kurikulum yang ada. Guru harus memiliki kecakapan mendemonstrasikan
penggunaan materi secara tepat sebagaimana yang menjadi pilihan anak (Hidayatulloh,p.144,
2014, Vol 8 No1).
Guru harus bisa menghibur
anak-anak. Dia mungkin bisa bercerita, memiliki beberapa permainan dan bernyanyi,
penggunaan sajak dan puisi. Guru selalu mengamati kemajuan setiap anak
dan mencatat prestasinya. Guru harus memahami kesiapan seorang anak dan juga
pandai mengalihkan perhatiannya dalam hal memilih materi yang jauh berada di
luar kemampuannya. Di sisi lain, guru harus mampu mendorong dan memberi
semangat terhadap yang ragu-ragu. Bila anak melakukan kesalahan, sejauh dan
sebisa mungkin guru menahan diri untuk tidak melibatkan diri mengatasi secara
langsung dan mendorongnya untuk menemukan kesalahannya melalui manipulasi self correcting.
(Montessori Maria,p.395-400 ,1949,The Absorbent Mind).
Guru-guru Montessori
menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri mereka, dan
mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang
melakukan kesalahan (Montessori Maria,p.364 ,1949,The Absorbent Mind). Yang
paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak. Peran
lainnya dari guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama
lingkungan yang bernuansa ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan
dalam lingkungan tersebut.
Perilaku Anak
Di kelas Montessori selalu terdengar aktifitas yang cukup membisingkan
disebabkan penggunaan materi pelajaran yang terdapat di dalamnya melibatkan
banyak gerakan seperti; berjalan, menyiram, berbicara dan lebih khusus terhadap
penggunaan tangan oleh tiap anak. Disiplin anak hendaknya didapat melalui
observasi kerja ril. Perilaku anak bisa dikatakan mendekati tingkat maturitas
pada saat anak tersebut memiliki ketertarikan yang kuat terhadap aktivitas
kelas. Bila anak menunjukkan perilaku tidak wajar, guru sebaiknya membantu dan memilihkan
aktivitas yang mampu menyerap perhatiannya secara penuh (Montessori Maria,p.364
,1949,The Absorbent Mind).
Karena anak memiliki kemampuan belajar dengan cara menyerap hingga pada
usia tujuh tahun, Montessori menuturkan bahwa pengalamannya tersebut dapat
diperkaya di kelas dengan materi yang mengandung informasi atau penjelasan
tentang pendidikan yang paling mendasar (Montessori Maria,p.304 ,1949,The
Absorbent Mind). Menurut
Montessori, anak adalah an active agent (agen aktif) dalam lingkungannya
(Hidayatulloh,p.144, 2014, Vol 8 No1).
Metode Pembelajaran
Metode pengajaran
Montessori dibagi menjadi tiga bagian yaitu pendidikan motorik,sensorik dan
bahasa dengan penekanan melalui pengembangan kelima indera. Anak belajar dengan
tahapan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kecakapan-kecakapan
individunya. Metode Montessori mengembangkan kepribadian anak secara
keseluruhan.
Selama tahap awal
pembelajaran, anak memerlukan motivasi dari orang dewasa, maka berikanlah
pujian untuk memperoleh kepercayaan dalam dirinya (Montessori Maria,p.159
,1949,The Absorbent Mind). Aturan dan disiplin serta kontrol diri harus
dilatihkan pada anak. Keteladan dari orang dewasa merupakan metode yang
menonjol dalam Montessori, sebab anak belajar segala hal dengan cara meniru
orang dewasa. Perluas wawasan anak dengan mengadakan kegiatan untuk memberikan
pengalaman-pengalaman baru, bertemu orang-orang baru, dan melihat hal-hal baru.
Media atau Fasilitas Belajar
Media yang digunakan Montessori adalah media pembelajaran sandpaper letters merupakan alat peraga
edukatif yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf abjad. Penggunaan
kertas ampelas ini bertujuan untuk membuat media yang menarik dan bisa disentuh
maupun dirasakan oleh anak usia dini. Sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana
huruf ditulis. Selain itu media atau alat peraga dalam pembelajaran bisa
didapat didalam rumah dengan mudah seperti mangkok, sendok, beras dsb. Pengaturan
ruangan dengan konsep memanfaatkan setiap lahan yang tersedia maka pengaturan
ruangan dapat diatur sesuikebutuhan pada setiap tema
Dengan menggunakan media pembelajaran sandpaper
letters yang dibutuhkan secara maksimal adalah kemampuan indera peraba anak
dan juga koordinasi yang baik antara mata dan tangan untuk menulis. Kalau
mereka sudah mengerti baru mereka siap masuk ke calistung (baca, tulis,
hitung). Menurut Montessori bahwa rentang usia 3-5 tahun kemampuan bahasa anak
terutama untuk menulis sudah mulai matang dan siap untuk diberikan stimulus.
Montessori menyimpulkan bahwa anak lebih suka objek nyata
daripada mainan. Montessori menciptakan alat peraga khusus untuk melatih panca
indera. Alat peraga Montessori bersifat membentuk anak memiliki kepribadian
yang matang. Mulai dari melatih konsentrasi, yang merupakan keterampilan dasar
sebagai landasan perkembangan anak. Berlatih menggunakan alat peraga membuat
anak belajar menemukandirinya sendiri.
Penilaian
Penilaian adalah rangkaian kegiatan pengumpulan dan penggunaan informasi
tentang proses dan hasil belajar untuk mengukur tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi yang telah diajarkan. Penilaian yang dilakukan oleh
Montessori adalah penilaian sumatif, dimana pembelajaran di kelas Montessori
dicatat melalui observasi, penyusunan fortofolio dan catatan rinci tentang
kemajuan perkembangan. Selain itu dalam penilaian formatif Montessori menyimpan
catatan sebagai berikut:
§ Pelajaran yang diberikan
§ Tindak lanjut pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
masing-masing siswa
§ Kemajuan siswa dan prestasi
§ Kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing siswa dan
bagaimana mereka menyelesaaikan kesulitan tersebut
Penilaian sumatif sangat penting karena dapat memberikan deskripsi atas
keefektifan metode pembelajaran yang digunakan, efisiensi metode dan daya tarik
pembelajaran.
Lingkungan
Pendidikan yang Ideal
Setiap pendidikan pasti memerlukan lingkungan yang dapat mendukung proses
pembelajaran agar berjalan dengan lancar. lingkungan pendidikan Montessori
didasarkan atas prinsip realistisdan kealamian. Pendidikan anak usia dini
memerlukan lingkungan pendidikan yang menyenangkan dimana anak bisa
mengekspresikan dirinya dan merasa nyaman dengan lingkungan yang ada.
Lingkungan di sini hendaknya yang menyenangkan bagi anak dan juga memberi
kesempatan bagi perkembangan potensi masing-masing individu.
Montessori, sama halnya dengan Piaget, menganggap
lingkungan sebagai kunci utama pembelajaran spontan anak. Menurut Montessori,
anak adalah an active agent (agen aktif) dalam lingkungannya, sementara
guru merupakan fasilitator yang membantu pembelajaran dan perkembangan anak (Hidayatulloh,p.144,
2014, Vol 8 No1). Didalam
lingkungan yang diciptakan secara khusus ini memberikan kebebasan, tanggung
jawab, perkembangan sosial dan intelektual anak secara spontan akan berkembang.
Lingkungan
tempat anak itu harus merupakan lingkungan yang aktif yaitu lingkungan yang
kaya dengan bahasa. Orang dewasa bisa meletakkan banyak kata dilingkungan
bermain anak. Dimana-mana anak dapat melihat tulisan sehingga menolong anak
dalam mempelajarai keaksaraan pendidikan yang aktif akan membawa lingkungan
diluar anak yang kaya dengan bahasa kedalam pikiran anak dan juga mengeluarkan
segala sesuatu yang ada didalam pikiran anak dan juga mengeluarkan segala
sesuatu yang ada didalam pikiran anak keluar melalui bahasa yang diucapkan
anak. Dengan demikian pengetahuan anak
akan terus bertambah. Dalam lingkungan pendidikan, anak harus dibuat
senyaman mungkin dalam melaksanakan pendidikan, seperti mendekorasi ruang
kelas, belajar sambil bermain, serta anak diberi kebebasan untuk bergerarak
serta tidak ada pengekangan.
PENUTUP
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Pendidikan
tidak hanya didapat dari usia 7 tahun keatas, tetapi dimulai sejak usia dini
yaitu usia dua tahun pertama. Di usia ini pendidikan merupakan pendidikan yang
penting untuk seluruh kehidupan. Pendidikan ini merupakan pembuka menuju level
pendidikan berikutnya. Jika tidak diperoleh dengan baik, efeknya dapat
berkepanjangan. Maka dari itu,
anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja,
dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi.
Menyikapi perkembangan anak
usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang didesain sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Untuk itu Montessori membuat sebuah metode yang
dikenal Metode Montessori. Metode ini dikenal dengan sistemnya yang
mampu menstimulus seorang anak menjadi pribadi yang lebih aktif, cerdas dan
bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatulloh, M. (2014). Lingkungan Menyenangkan
dalam Pendidikan Usia Dini : Pemikiran Montessori. Nadwa, 140-154.
Maria Montessori, e. G.
(2013). Metode Montessori: Panduan Wajib untuk Guru dan Orang Tua Didik
PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Montessori, M. (1949). The
Absorbent Mind. Adyar: Theosophical Publishing House.
Silviana Sampurna Tanzil,
H. C. (2013). Perancangan Interior Sekolah Dasar Montessori di Surabaya. Intra,
1-7.
Wikipedia. (2016, Maret
6). Wikipedia. Diambil kembali dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Montessori
Wikipedia. (2016, Maret
8). Wikipedia. Diambil kembali dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Metode_Montessori
Tidak ada komentar:
Posting Komentar